Subscribe:

Sabtu, 24 Desember 2011

Jam piket tubuh kita

Dengan adanya artikel ini hendaknya kita bisa mengatur strategi pola hidup :
LAMBUNG
Jam 07.00 – 09.00
Jam piket organ lambung sedang kuat, sebaiknya makan pagi untuk prosespembentukan energi tubuh sepanjang hari. Minum jus atau ramuan sebaiknya sebelum sarapan pagi, perut masih kosong sehingga zat yang berguna segera terserap tubuh.
LIMPA
Jam 09.00 – 11.00
Jam piket organ limpa kuat, dalam mentransportasi cairan nutrisi untuk energi pertumbuhan. Bila pada jam-jam ini mengantuk, berarti fungsi limpa lemah. Kurangi konsumsi gula, lemak, minyak dan protein hewani.
JANTUNG
Jam 11.00 – 13.00
Jam piket organ jantung kuat, harus istirahat, hindari panas dan olah fisik, ambisi dan emosi terutama pada penderita gangguan pembuluh darah .
Jam 13.00 – 15.00
Jam piket organ hati lemah, bila orang tidur, darah merah berkumpul dalam organ hati dan terjadi proses regenerasi sel-sel hati. Apabila fungsi hati kuat maka tubuh kuat untuk menangkal semua penyakit.
PARU-PARU
Jam 15.00 – 17.00
Jam piket organ paru-paru lemah, diperlukan istirahat, tidur untuk proses pembuangan racun dan proses pembentukan energi paru-paru.
GINJAL
Jam 17.00 – 19.00
Jam piket organ ginjal kuat, sebaiknya digunakan untuk belajar karena terjadi proses pembentukan sumsum tulang dan otak serta kecerdasan.
LAMBUNG
Jam 19.00 – 21.00
Jam piket organ lambung lemah sebaiknya tidak mengkonsumsi makan yang sulit dicerna atau lama dicerna atau lebih baik sudah berhenti makan
LIMPA
Jam 21.00 – 23.00
Jam piket organ limpa lemah, terjadi proses pembuangan racun dan proses regenerasi sel limpa. Sebaiknya istirahat sambil mendengarkan musik yang menenangkan jiwa, untuk meningkatkan imunitas.
JANTUNG
Jam 23.00 – 01.00
Jam piket organ jantung lemah. Sebaiknya sudah beristirahat tidur, apabila masih terus bekerja atau begadang dapat melemahkan fungsi jantung.
HATI
Jam 01.00 – 03.00
Jam piket organ hati kuat. Terjadi proses pembuangan racun/limbah hasil metabolisme tubuh. Apabila ada gangguan fungsi hati tercermin pada kotoran dan gangguan mata. Apabila ada luka dalam akan terasa nyeri.
PARU-PARU
Jam 03.00 – 05.00
Jam piket organ paru-paru kuat, terjadi proses pembuangan limbah/racun pada organ paru-paru, apabila terjadi batuk, bersin-bersin dan berkeringat menandakan adanya gangguan fungsi paru-paru. Sebaiknya digunakan untuk olah nafas untuk mendapatkan energi paru yang sehat dan kuat.
USUS BESAR
Jam 05.00 – 07.00
Jam piket organ usus besar kuat, sebaiknya biasakan BAB secara teratur

Wahai wanita...jadilah BIDADARI

Ia menatap dalam cinta seirama jiwanya memancarkan Cahaya Cinta…
Ia hadirkan damai yang begitu dalam lalu menyisipkan rasa untuk dirindui…
Ia muarakan kebahagiaan yang teduh lalu menyelipkan hasrat untuk dimiliki..
Ia tebarkan kesejukan membalut jiwa lalu menyelipkan harapan untuk dikasihi..
Wahai bidadari..
dalam dekapmu kutemui sejuta rasa… rasa yang hadir dari keabadian sejati, rasa yang hadir dari kedamaian sejati, rasa yang hadir dari wujud sang kekasih sejati. Dalam panorama kelembutan budi bahasamu aku menemukan Tuhan, seperti aku menemukan namamu (Annisa) yang terpahat indah dibuku suci-Nya.
“Hai Sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari “Cahaya yang satu yang bersumber dari Cahaya-NYA…… “(dari diri yg satu dan dari pada-NYA……)” :: Qur’an Surat An-Nisa ayat : 1
::: Dengan memandangmu kami seharusnya bertaqwa, dengan mengenalmu kami seharusnya beriman, dengan kehadiranmu disisi untuk menjalani hidup, seharusnya kami tegar. Dan dalam dekapan hangat hasrat cintamu seharusnya kami bersyukur.
Wahai bidadari..
Dari kejauhan aku melihatmu dalam kemelut walau engkau mencoba sembunyikan dalam senyuman, tapi air matamu berbicara pada alam. Aku mencoba mengerti semua yang terjadi dan akhirnya aku mengerti dalam ketidak mengertianku. Rupanya hal ini sudah kamu lalui bertahun-tahun dengan kekuatan dan harapan yang tidak pernah luntur. setiap hari kamu tersakiti dan teraniaya, namun kelembutan jiwamu tidak terhalangi untuk terus mengalir dalam irama sabar, tulus dan pasrah, bahkan setiap pagi didepan teras rumah, engkau melepasnya dengan do’a suci dan terkadang di iringi linangan air mata.
Engakau mengerti hakikat hidup ini, kehadiranmu disisinya adalah untuk membentuknya menjadi manusia bijak nan sejati, bukan sebagai teman dalam pertengkaran apalagi sampai meninggalkannya. Tugasmu bukanlah untuk memiliki dan menguasainya, olehnya kamu begitu rela ketika ia mulai memetik mawar yang lain, kamu hanya kecewa karena ia belum juga mengerti siapa dirinya yang sebenarnya ; adalah lelaki sejati yang dikaruniai kekuatan menjadi pemimpin.
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita….” ::: Qur’an Annisa ayat : 34
::: Ketika Tuhan menciptakan alam ini, Ia merangkai dalam keperkasaan-Nya, meleburkan setiap partikel-partikel lalu menyusun tiap partikel dalam kodrat sesuai kehendak latifah-Nya. Alam inipun terwujud sebagai esensi Rahima dalam Latifah akan af-al-Nya. Kita lalu mengenal dan memahami penciptaan sebagai suatu kekuatan dan keperkasaan Tuhan, namun Tuhan menunjukan panorama ciptaan-Nya dalam keindahan dibalut kelembutan, dan Dia sendiri ingin kita mengenal-Nya dari titik kelembutan.
Pandanglah keperkasaan gunung yang menjulang tinggi dan pahamilah, maka akan kamu temui kegersangan dan kekeringan di puncaknya, namun lihatlah kelembahnya, maka kesejukan dan kesuburan hadir dari kelembutan alam melalui tetes-tetes air yang melebur dan mengalir dalam satu kesatuan, karena demikianlah adanya kekuatan dan keperkasaan alam semesta hanya bisa berjalan dalam irama kelembutan. Bahkan perpaduan inilah yang menjadi dasar pijakan akan dualitasnya hukum alam, dan manusialah tempat berkumpulnya segala dualitas yang ada di alam semesta sehingga dialah mikrokosmik yang paling bisa dipahami secara hakikat untuk memahami alam semesta yang merupakan manifestasi dari Tuhan itu sendiri.
Ibnu Arabi: ”ketahuilah bahwa yang mutlak (Tuhan) tidak mungkin direnungkan secara bebas dari wujud nyata, dan Dia tampak lebih sempurna dalam bentuk manusia dari pada dalam bentuk lainnya dan lebih sempurna dalam perempuan dari pada laki-laki”
Figur wanita tercipta dari sisi keperkasaan dan maskulin laki-laki (Adam) yang lahir dari feminim Ilahi, Ia tercipta sebagai pencipta dengan energi feminimnya. Dengan rahimnya, Ia membasuh benih-benih jiwa lalu melindungi dengan kasih yang mutlak dalam kesabarannya, kemudian Ia mengajari setiap jiwa yang melewati rahimnya dengan cinta, membekalinya dengan kelembutan lalu mengarahkannya pada kebaikan dan kebenaran. Olehnya tidaklah berlebihan jika alam pun menyanjungnya lalu meletakkan syurga dibawa telapak kakinya, karena Ia adalah manifestasi dan refleksi Kasih Ilahi.
Wahai bidadari…
Jadilah wanita yang sebenarnya.
Yang senantiasa memandang dengan Cayaha Ilahi, sehingga Ia memandang senantiasa dalam Cinta…
Yang senantiasa mendengar dengan Cahaya Ilahi, sehingga Ia mendengar dalam kebesaran Cinta…
Yang senantiasa bernafas dengan Cahaya Ilahi, sehingga tiap detak nadi dan aliran darahnya menjadikannya sabar dalam Cinta…
Yang senantiasa bicara dalam kelembutan Cahaya Ilahi, sehingga setiap tutur katanya laksana puisi alam yang penuh kesejukan dalam Cinta..
Yang senantiasa bertindak dan berakhlak dengan Cahaya Ilahi, sehingga Ia menjadi manifestasi Sang Ilahi.
Ibnu arabi: Wanita adalah bentuk tertinggi keindahan duniawi, tetapi keindahan duniawi tidak berarti apa-apa jika Ia bukan merupakan perwujudan dan pencerminan kualitas Ilahi”
Ingatlah, wahai Bidadari…
Jika diluar itu semua, kamu hanyalah sebatas jiwa yang berjasadkan wanita namun tidak memahami esensi wanita. Kamu akan mengalami banyak kekecewaan dalam figurmu, kamu akan merasa disakiti dan tidak memahami makna hidup, lalu kamu terdorong untuk mengikuti egomu dan kamu akan dicampakkan egomu sendiri tanpa kamu pahami. Terkadang kamu merasa sudah menjadi sosok yang sebenarnya, namun kamu berpikir alam yang tidak berpihak padamu, dan itu menjadi keluhan dalam setiap kesempatan pemberontakan jiwa yang dikendalikan egomu.
Sejenak kamu ingin lari dan terbang…
Tetapi kamu hanya mampu menjadi kupu-kupu yang terbang dimalam hari. Jika demikian adanya dalam hidupmu, maka ketahuilah banyak wanita yang tersesat di alam sana dan menjadi pengunjung neraka, jika kamu salah satu dari mereka, itu artinya kamu telah memindahkan dan meleburkan syurga (yang letaknya dibawa kakimu) kelembah neraka. Namun tersenyumlah, karena Alam masih menyimpan kekuatan untukmu. Olehnya gapailah kekuatan alam ini yang terpatri disetiap kitab-kitab suci, lalu dengan kesungguhan kamu akan mendapati kekuatan itu yang tersulam indah pada nama-NYA ; “BISMILLAH”.
Dan dalam nama-Nya kamu akan menemukan titik awal dalam tinta penciptaan alam semesta. Titik itu berada dibawa huruf “BA” dan titik itu berada pada dirimu dan setiap makhluk, namun hanya manusia yang diberi keistimewaan untuk mengetahuinya sehingga mereka mengerti akan makna hidup ini.
“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah itu kepada petala langit dan bumi dan gunung-gunung: dan mereka menolak untuk memikulnya dan gentar kepadanya; tetapi Al-Insan mengambilnya; dan sungguh, ia itu dzalim dan bodoh.” ::: (QS Al-Ahzab : 72) :::
Wahai bidadari…
Dengan kekuatan itu, engkau laksana bumi yang memberikan kesuburan pada setiap makhluk dalam nuansa cinta tanpa syarat, engkau akan membentuk apa-apa yang tidak berbentuk menjadi karya seni yang sejati, engkau akan melukis setiap episode kehidupan dan mengantar pada petualangan sambil engkau menyaksikan dalam kebersahajaanmu. Namun aku juga banyak melihat keluhan dari mereka yang baru memahami hakekat diri, keluhan akan hidup yang sebatas renungan logika tanpa makna ketika mereka menjadi pendamping dalam hidup.
::: Aku mengeluh, karena setiap saat keributan bersenandung dan aku tidak mampu hindari..
Ketahuilah… keributan itu lahir karena ketidak mauan diri dari setiap pasangan untuk mau mendengar lebih dahulu sebelum bicara, umumnya sumber keributan lahir dari apa yang didengar tidak sesuai dengan apa yang diharapkan atau apa yang terjadi tidak sesuai dengan keinginan, lalu masing-masing bertahan pada argumen. Wanita mendengar segalanya dengan Cahaya cinta, jika ada yang tidak sesuai dengan kehendak maka dijadikan sebagai sarana peningkatan efektifitas dan kwalitas dirinya dalam cinta. karena cinta menerima perbedaan tanpa alasan apapun kecuali cinta.
::: Aku mengeluh, karena pendampingku keras kepala laksana batu karang..
Pahamilah… jiwa yang keras adalah bentuk dari keberadaan diri yang tidak menemukan lembah kesejukan dibalik kemaskulinan, dia selamanya akan keras dan menjadi batu kecuali kalau disentuh wanita. Wanita menyentuh segalanya dengan cinta, walau berat diawalnya tapi kabarkan agar dia bersabar sejenak, mulailah menyentuhnya dalam kelembutan seperti seorang pemahat patung, engkau akan membuang hal-hal yang tidak berguna pada dirinya setelah itu dia akan menjadi karya seni yang sejati dan bernilai tinggi. Memang akan berat dan sakit pada prosesnya, jika batu itu bisa bicara maka dia akan menggigil dalam setiap kata-katanya betapa perih dan pedihnya, namun kamu haruslah sabar dan lembut dalam setiap sentuhan seperti lembutnya air yang memahat bebatuan. Dan di ambang batas kamu akan sukses mengantarnya menjadi orang yang berguna.
::: Aku mengeluh karena Ia tidak mencintaiku dan akupun tidak mencintainya…
Sssttt.. sabarlah.. oh bukan itu maksud saya.. mengertilah.. bahwa wanita itu mencintai apapun yang berada disekitarnya dengan Cahaya Cinta Ilahi, dia mencintai tanpa tergantung pada apa yang dicintai, karena cinta sejatinya hanya untuk kekasih Sejati (Tuhan), namun ia mampu melihat dalam setiap diri akan manifestasi dari kekasih Sejatinya, lalu membawanya untuk mencintai apapun denga kekuatan kesabaran tanpa batas.
::: Aku mengeluh karena Ia pemalas…
Pahamilah.. sesunguhnya wanita adalah pencipta, pandanglah Ia dalam ketidak berdayaannya lalu sentulah dia dengan kekuatan kasih dalam kedamaian, Ia adalah lempeng tanah dan kamu adalah pencipta seni. Lempeng tanah itu selamanya tidak akan berubah kalau bukan lewat sentuhan yang romantis dan imajinatif, olehnya sentulah maka akan menjadi karya seni yang abadi dan bernilai tinggi manakala kamu mau melakukannya.
::: Aku merasa sudah memberikan segalanya dengan baik, Pengabdian, Kesetiaan, tapi kami selalu ribut dalam setiap kesempatan…
Pengabdian adalah dasar hidup, jangan dikeluhkan. Kesetiaan adalah fondasi rumah tangga, jangan dipolitisir. Wanita sering mempreviewkan segala hal yang dasar dan melupakan satu hal yang sakral. Hal yang sakral tersebut adalah kelembutan diatas dasar Kesetian dalam Cinta. Pahamilah, walau agak keras namun ingin ku sampaikan padamu, jika kamu bersenandung tentang pengabdian maka siapapun wanita diunia ini mampu melakoninya, jika kamu bersenandung tentang kesetiaan maka banyak wanita didunia ini melakukannya, dan jika kamu bersenandung tentang keahliannmu dalam pelayanan dari dapur, sumur sampai ke kasur, maka hal tersebut juga bisa Ia dapatkan dengan mudah; dari restoran dengan sajian menu masakan yang wangi, Maka kebutuhan dapur Ia bisa atasi. Dari pengabdian seorang pembantu untuk urusan cucian dan pelayanan, maka urusan sumur bisa ia lewati. Dan sesaat jika ia memilih dihinggapi kupu-kupu malam, maka urusan kasurpun ia bisa dapatkan dari wanita lain. Olehnya ketahuilah, satu hal yang tak sanggup ia temukan dimanapun walau dengan kekuatan materi sekalipun, yaitu kelembutan yang terpatri dari ketulusan jiwa berlandaskan pada kesetiaan dan ikhlas. Dapatkah hal tersebut kamu berikan buat pangeranmu..?
Ingat.. kamu adalah wanita yang mempunyai resonansi energi feminim, energi inilah yang melahirkan berbagai ciptaan di alam raya ini. walau kamu tidak mengerti sedikitpun tapi kamu akan melewatinya.. 
Suatu hari Bill clinton ketika itu masih menjadi presiden Amerika, bersama istrinya Hilarry dalam sebuah liburan musim panas mereka singga ke tempat pengisian BBM, rupanya Hilarry mengenal baik seorang petugas di SPBU tersebut dan merekapun larut beberapa menit dalam cerita yang penuh kehangatan, sesaat kemudian dalam perjalan Bill bertanya tentang sosok lelaki tadi, dan Hillary menjawab kalau itu adalah mantan pacarnya ketika di smp dulu, Bill pun mengatakan dengan penuh kesombongan ; “Seandainya kamu dulu menikah dengan dia, maka kamu hanya sebatas menjadi istri seorang penjaga SPBU. ” “Oh tidak..! ” seru Hillary.. ” jika saya menikah dengan dia maka saya akan antarkan dia menjadi presiden Amerika seperti yang saya lakukan terhadapmu.” 
Sore tadi ketika saya lagi menulis goresan ini dalam bentuk script (Rabu 10 februari 2010) , saya terkesimah dengan pernyataan seorang wanita yang begitu kuat dan tegar tentang episode kehidupan yang begitu memilukan lewat sebuah stasiun TV swasta TV One, dia adalah Novarina istri dari seorang perwira polisi Wiliardi Wizard yang menjadi tersangka dan dituntut dengan hukuman mati atas pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen, yang akan diputuskan di pengadilan besok (kamis 11 februari 2010) salah satu pertanyaannya adalah ” Apakah Ibu sudah siap untuk membesarkan anak-anak sendirian tanpa bapak seandainya Bapak dihukum sesuai tuntutan.?” perlahan Siwanita tangguh menarik nafas dalam-dalam dan betapa kekuatan Ilahi melebur dalam dirinya ” saya yakin suami tidak bersalah, dan saya rela jika memang suami melakukan tuduhan tersebut. Saya rela dia dihukum apapun. ”
Novarina adalah sosok wanita yang melepaskan dirinya dalam kepasrahan total, dan secara pribadi insyaallah suaminya akan diputuskan dengan keputusan yang bijaksana. Hal yang sama insyaallah juga pada Istri Antasari Azhar ibu Ida Laksmiwati… semoga, tentunya dalam kekuatan Cahaya Ilahi. 
Dari Novarina, saya teringat pada seorang pengamen yang diwawancarai sebuah stasiun TV swasta TV-One dalam rangka “Koin Peduli Prita” Sipengamen tersebut menyumbang hasil ngamennya seharian untuk Prita dan ketika diminta komentarnya ia pun bertutur ” Prita adalah sosok yang membangunkan kesadaran pada jiwa-jiwa yang selama ini tertidur”
Wahai wanita.. Jadilah bidadari..
Bidadari adalah manifestasi dari kesempurnaan perjalanan seorang wanita, Ia hadir di syurga karena berangkat dari jiwa yang dibangun melalui gerbang indera dengan daya batinia intuisi. Dan melalui kepasrahan dan kesabarannya untuk menjadikan jiwanya pada maqam penerimaan, hingga mengantarkannya pada gerbang syurga yang didalamnya ada tiga pilar keutamaan; Pancuran, Air mengalir dan pohon buah. Pancuran melambangkan persepsi tentang hal-hal partikular, mencapai pancuran artinya memperoleh ilmu yang meyakinkan (kesahadatan). Air yang mengalir adalah melambangkan Cahaya ; pengetahuan yang terpancar dari mata Air Ruh yang mengalir dari jiwa dan memberikan kekuatan pada intuisi. Lalu dengan Air maka ia akan memeberikan esensi rasa pada buah yang merekah dari pepohonan (pemikiran yang tercerahkan). selanjutnya anda pun (maskulin /kaum adam) tiba pada gerbang yang sama dan menikmati bidadari-bidadari ini, bidadari adalah simbol kenikmatan dan kedamaian dalam rasa yang melebur sempurna pada tiga pilar keutamaan. melebur dalam esensi keilahian yang kokoh layaknya gedung megah dihiasi bidadiri sejauh mata memandang…
Wahai Lelaki.. cintailah bidadarimu, maka dia akan memancarkan kekuatan Tuhan didalam Jiwamu.. Cintailah dan rasakanlah…
Sumber Info

JANGAN PΕRNΑН TERBURU2 MENILAI SESEORANG..

Seorang dokter yang sedang bergegas masuk ke dalam ruang operasi..
Ayah dr anak yg akan dioperasi menghampirinya "Knp lama sekali anda sampai ke sini? Apa anda tidak tau,nyawa anak sy terancam jk tdk segera di operasi?" Labrak si ayah.

Dokter itu tersenyum, "Maaf, sy sedang tdk di RS tadi, tp sy secepatnya ke sini setelah ditelepon pihak RS."

Kemudian ia menuju ruang operasi,setelah beberapa jam ia keluar dg senyuman di wajahnya. keadaan anak anda kini stabil." Tanpa menunggu jawaban sang ayah, dokter tsb berkata "Suster akan membantu anda jk ada yg ingin anda tanyakan." Dokter tsb berlalu.

"Knp dokter itu angkuh sekali? Dia kan sepatutnya memberikan penjelasan mengenai keadaan anak saya!" Sang ayah berkata pd suster.

Sambil meneteskan airmata suster menjawab :"Anak dokter tsb meninggal dlm kecelakaan kemarin sore, ia sedang menguburkan anaknya saat kami meneleponnya untuk melakukan operasi pd anak anda. Skrg anak anda telah selamat, ia bisa kembali berkabung."
*******************************************************
JANGAN PΕRNΑН TERBURU2 MENILAI SESEORANG..
Tp maklumilah tiap jiwa disekeliling kita yg menyimpan cerita kehidupan tak terbayangkan di benak kita...

Αdα air mata dibalik setiap senyuman..
Αdα kasih sayang dibalik setiap amarah..
Αdα pengorbanan dibalik setiap ketidak pedulian..
Αdα harapan dibalik setiap kesakitan..
Αdα kekecewaan dibalik setiap derai tawa..

Semoga bermanfaat agar kita menjadi manusia dg rasa maklum yang semikin luas dan bersyukur dg apa yg telah اللّهُ berikan dlm hidup ini.

INGAT, kita bukan satu2nya manusia dg segudang masalah...

Tersenyumlah ..
Senyum mampu membasuh setiap luka ..
Maafkanlah..
Maaf mampu menyembuhkan semua rasa sakit.. Selamat menikmati hari Anda yg membahagiakan...

Selasa, 08 November 2011

Motivasi dalam kehidupan

Banyak orang yang dianugerahkan kecerdasan, bakat, serta  kemampuan yang luar biasa dalam kehidupannya tetapi tidak dapat sukses secara optimal dan terkadang hanya menyalahkan nasibnya saja dalam kehidupan. Padahal jika dilihat dengan lebih seksama, semuanya itu terjadi bukanlah karena kurangnya kemampuan yang ia miliki namun karena kurangnya motivasi dalam kehidupannya . Motivasi  Ini merupakan suatu kunci sukses yang wajib dimiliki oleh tiap individu yang ingin sukses dalam kehidupan.
Motivasi merupakan suatu semangat, gairah dan determinasi tinggi yang berasal dari dalam diri sendiri untuk mencapai seusatu yang menjadi tujuan. Motivasi menjadi bahan baku dasar dari sebuah kata yang dinamakan kesuksesan. Motivasi yang luar biasa dapat menimbulkan energi yang luar biasa pula , membuat seseorang bekerja keras,  dan bahkan dapat membuat sesuatu yang pada awalnya terlihat tidak mungkin untuk dilakukan menjadi indah untuk dilakukan.

Gimana mensikapi masalah?

Setiap orang di dunia ini. Tak peduli siapapun, pastilah memiliki masalah bahkan mungkin ketika kita mati pun masih akan mendapatkan masalah, akan masuk kemana surge atau neraka.. Bahkan kecenderungannya semakin besar orang tersebut, semakin kaya, semakin sukses, semakin dewasa, maka masalah yang dihadapinya juga akan semakin besar. Namun perbedaan yang paling mendasar antara orang yang sukses dengan orang yang gagal adalah CARA BAGAIMANA MENYIKAPI MASALAH YANG ADA.  Ada sebuah buku yang sangat menarik dan bagus sekali karangan Adi W. Gunawan yang berjudul “MANAGE YOUR MIND FOR SUCCESS”. Di dalam buku itu dijelaskan bahwa ketika kita fokus pada masalah yang ada, maka kita menutup jalan otak kita untuk bisa berpikir dan berkembang. Ujung-ujungnya, hanya mengeluh dan selalu merasa tidak pernah ada jalan keluar untuk masalah ini.

PASTI BISA!!!!!!

artikel motivasi,"aku pasti bisa"


Seorang penulis terkenal bernama Marie von Ebner-Eschenbach pernah berkata “Jika ada keyakinan yang dapat menggerakkan gunung, itu adalah keyakinan dalam diri Anda.” Dan saya mempercayai dan membuktikan sendiri bahwa hal itu benar adanya.
Ada sebuah buku dongeng menarik untuk anak anak berjudul The Little Engine That Could. Buku itu bercerita tentang kereta api yang bergerak ke bukit dengan perlahan dan tersendat. Lokomotifnya berkata pada diri sendiri, “Aku bisa, aku bisa, aku bisa.” Kereta pun terus bergerak perlahan naik hingga tiba di bukit dengan selamat. Hal sederhana yang dapat diambil dari cerita tersebut adalah percaya pada kemampuan diri sendiri. Seandainya lokomotif itu tidak percaya akan kemampuannya tiba di atas bukit, bisa jadi kisah dalam buku itu berakhir menyedihkan.

Modal dengkul

Banyak orang mengecilkan nyalinya sendiri ketika ingin memulai sebuah usaha. Bermacam alasan yang membuat mereka menunda bahkan mengurungkan niat membuka usaha, ada yang mengatakan;  ”Saya tidak punya uang untuk memulai usaha” tetapi dengan modal dengkul Ansori telah berhasil membeli sebidang tanah untuk didirikan rumah, dan memiliki mobil.
Logikanya, bisnis pasti memerlukan modal uang, bukan modal dengkul. Jadi, mana mungkin memulai bisnis dengan modal dengkul? Mungkin saja. Ingin tahu rahasianya? Ternyata memulai suatu bisnis tidak harus selalu diawali dengan uang. Uang memang penting, tetapi ternyata bukan yang terpenting. Ada empat modal dasar yang harus dimiliki jika ingin memulai suatu usaha, yaitu keberanian, percaya diri, keyakinan dan ketekunan.

Segelas Susu

Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup sebagai penjual asongan dari pintu ke pintu, menemukan bahwa di kantongnya hanya tersisa uang beberapa sen, dan dia sangat lapar.
Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saat seorang perempuan muda membuka pintu rumah. Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani meminta segelas air.
Perempuan muda tersebut melihat, dan berpikir bahwa anak lelaki tersebut pastilah lapar, oleh karena itu ia membawakan segelas besar susu. Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat, dan kemudian bertanya, “Berapa saya harus membayar untuk segelas besar susu ini?”
Perempuan itu menjawab, “Kamu tidak perlu membayar apapun”.
“Ibu kami mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk kebaikan,” kata perempuan itu menambahkan. Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya dan berkata, “Dari dalam hatiku, aku berterima kasih pada Anda.”

Minggu, 28 Agustus 2011

Makna Idul Fitri

Bagi muslim yang diterima puasanya karena mampu menundukan hawa nafsu duniawi selama bulan Ramadhan dan mengoptimalkan ibadah dengan penuh keikhlasan, maka Idul Fitri adalah hari kemenangan sejati, dimana hari ini Allah Swt akan memberikan penghargaan teramat istimewa yang selalu dinanti-nanti oleh siapapun, termasuk para nabi dan orang-orang shaleh, yaitu ridha dan magfirahNya, sebagai ganjaran atas amal baik yang telah dilakukannya. Allah Swt juga pernah berjanji, tak satupun kaum muslimin yang berdoa pada hari raya Idul Fitri, kecuali akan dikabulkan.
Pertanyaannya, kira-kira puasa kita diterima apa tidak? Atau yang kita lakukan ini hanya ritual-simbolik, sebatas menahan lapar dan haus, seperti yang pernah disinyalir Nabi Muhamad Saw? Jawabnya, Allahu ‘alam, kita tak tahu sejatinya. Tapi menurut para ulama, ada beberapa indikasi, seseorang dianggap berhasil dalam menjalankan ibadah puasa: ketika kualitas kesalehan individu dan sosialnya meningkat.

Jumat, 26 Agustus 2011

Halal-bihalal dan Toleransi Beragama

Idul Fitri memiliki arti kembali kepada kesucian, atau kembali ke asal kejadian. Idul Fitri diambil dari bahasa Arab, yaitu fithrah, berarti suci. Kelahiran seorang manusia, dalam kaca Islam, tidak dibebani dosa apapun. Kelahiran seorang anak, masih dalam pandangan Islam, diibaratkan secarik kertas putih. Kelak, orang tuanya lah yang akan mengarahkan kertas putih itu membentuk dirinya. Dan dalam kenyataannya, perjalanan hidup manusia senantiasa tidak bisa luput dari dosa. Karena itu, perlu upaya mengembalikan kembali pada kondisi sebagaimana asalnya. Itulah makna Idul Fitri.
Idul Fitri memiliki arti kembali kepada kesucian, atau kembali ke asal kejadian. Idul Fitri diambil dari bahasa Arab, yaitu fithrah, berarti suci. Kelahiran seorang manusia, dalam kaca Islam, tidak dibebani dosa apapun. Kelahiran seorang anak, masih dalam pandangan Islam, diibaratkan secarik kertas putih. Kelak, orang tuanya lah yang akan mengarahkan kertas putih itu membentuk dirinya.

Selasa, 23 Agustus 2011

Ketika Ujian datang

Hidup penuh ujian. Allah SWT berfirman bahwa Ia memberi ujian agar mengetahui siapakah yang terbaik amalnya. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan bagimu, agar kami menguji mereka siapakah di antara mereka terbaik perbuatannya." (QS. al-Kahfi: 17)

Sesungguhnya ritme ujian hidup tak ubahnya seperti ujian akhir yang dihadapi para mahasiswa. Sebelum ujian tiba, mahasiswa harus mengikuti perkuliahan reguler dengan tekun dan menyimak apa yang diajarkan dosen agar mendapat ilmu yang bermanfaat dan lulus ujian. Mahasiswa yang terbaik persiapan belajarnya, maka niscaya akan mampu menghadapi ujian itu dengan baik pula. Suka atau tidak, mahasiswa harus menghadapinya, sehingga wajib baginya untuk menyiapkan perbekalannya, sebelum, menjelang, saat dan sesudah ujian. Demikian pula seorang muslim, ia harus menyiapkan bekal untuk menghadapi ujian hidup agar sukses memasuki surga.

Senin, 22 Agustus 2011

ADAKAH YANG MENCINTAKU ????

Pernahkah terbesit di hati kita satu ungkapan, “Adakah yang mencintaiku?” Sederhana memang kata yang terbentuk dari hanya lima huruf yaitu “CINTA” itu. Cerita atau kisahnya memang tiada akhir, tiada pernah ada ujung karena di dalam melihatnya dari pe...rspektif yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Tulisan ini bukanlah terlahir dari kata-kata Sang Pujangga, tetapi hanyalah perenungan sederhana dari kejadian yang tidak terduga. Dalam kesunyian hanya ada perangkat siar menjadi teman malam yang setia walaupun kutahu pasti ada keramaian diluar sana. Seringnya perasaan perpindahan dimensi waktu hadir dalam hidup dan semoga ini merupakan rahmat dari Allah untuk mengingatkan akan namanya “kematian” sebagai jembatan untuk bermuhasabah. Hanya sebuah pesan singkat yang mengetuk hati untuk mencoba bertanya akan hakekat cinta “Adakah yang mencintaiku?” “Ah memang sebuah pertanyaan bodoh!” Itulah sebuah komentar diakun facebook penulis ketika status ini ditulis.

Kamis, 18 Agustus 2011

Renungan 1/3 malam terakhir Ramadhan

Menjelang hari nan fitri mari kita renungi perbuatan2 yg pernah kita lakukan terhadap ortu, smoga kita segra memohon maaf pada mereka seblum ramadhan ini berakhir atau justru kita menunggu umur kita berakhir?

Sekarang hadirkanlah bayangan orang-orang yang kita cintai, ibu dan ayah antum. Bayangkanlah wajah ibu dan ayah antum. Hadirkanlah kenangan-kenangan indah bersama mereka. Mari kita sejenak mengingat jasa-jasa mereka. Mengingat masa ketika kita masih dalam kandungan. Lupakah kita tentang berat tubuh kita yang dipikul oleh ibu kita ? selama kurang lebih Sembilan bulan 10 hari lamanya, ibu senantiasa membawa kita kemanapun beliau pergi. Dan Allah menyebut kesusahan yang dialami ibu kita saat mengandung dengan bahasa wahnan ‘ala wahnin, kesusahahan di atas kesusahan, kesulitan di atas kesulitan, kepayahan di atas kepayahan, yang bertambah-tambah.

Selasa, 16 Agustus 2011

MERDEKA

Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun ini bertepatan dengan Bulan Suci Ramadhan. Beberapa kalangan menyebutkan bahwa peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan tahun ini kurang semarak karena hal tersebut. Menurut saya, puasa atau tidak puasa, HUT Kemerdekaan ini tetap harus kita peringati dengan semarak. Pertanda pesta seperti umbul-umbul, spanduk maupun bendera tetap harus kita pasang sebagai wujud perasaan suka cita kita akan kemerdekaan yang telah dipersembahkan oleh para pejuang kita. Apakah kita lupa bahwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 juga dilaksanakan pada bulan puasa? Seingat saya hari itu bertepatan dengan tanggal 9 Ramadhan. Tahunnya terus terang saya lupa.
Bulan puasa tidak perlu menjadi alasan bagi kita untuk tidak menyemarakkan ulang tahun kemerdekaan negara kita karena kemerdekaan merupakan nikmat yang tiada tara. Kemerdekaan yang kita maknai sebagai kebebasan untuk menentukan nasib kita sendiri harus kita syukuri. Apabila pendahulu kita memproklamirkan kemerdekaan di bulan puasa, apa keberatan kita untuk memperingati ulang tahun kemerdekaan di bulan puasa?

Senin, 15 Agustus 2011

Kembali ke fitrah

Mereka yang berpuasa dengan baik selama bulan Ramadhan, bakal menemukan fitrahnya kembali. Apakah fitrah kita? Adalah makhluk berakal yang berdimensi individual, sosial, dan spiritual sekaligus.
Hal ini tergambarkan dalam hari raya ‘Idul Fitri’ sebagai manifestasi ‘kemenangan’ kita menundukkan hawa nafsu. Harapannya, akal kita berhasil menundukkan hawa nafsu. Maka yang muncul adalah kejernihan hati. Bersih dari berbagai macam penyakit lahiriah maupun batiniah. Semestinya, orang yang berhasil puasanya tampil mempesona sebagai manusia yang ‘fitri’ di hari yang Fitri.
Dan bukan hanya pada hari itu saja mereka bakal tampil mempesona, tetapi sepanjang tahun ke depan. Karena bulan Ramadhan adalah ‘sekadar’ pijakan untuk melangkah ke depan. la bukan tujuan, melainkan sebuah cara untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi dan lebih mulia.

Rabu, 20 Juli 2011

Hidup Terus Berputar

Semua orang tahu hidup itu singkat, namun, berapa banyak yang bisa menghargai atau menyayangi hidup, menjalani hidup diri sendiri dengan baik? Banyak orang yang sewaktu akan meninggal, kerap merasa menyesal terhadap apa yang dilakukannya sepanjang hidupnya, merasa diri ini hidup sia-sia, seandainya bisa kembali membuka lembaran baru, dia pasti ingin menjalani hidup yang berbeda sama sekali. Namun kini segalanya sudah terlambat, malaikat pencabut nyawa sedang mengetuk pintu, waktu yang tersisa tinggal sedikit, tiba-tiba dia baru menyadari dirinya belum pernah hidup.

Inspiratif

Suatu hari seorang nenek berjalan terseok-seok di jalan trotoar yang
sempit. Nenek itu menengok ke sebuah toko di sebelah kanan jalan sambil mendorong kereta belanjaan yang telah dipenuhi isi. Entah dia sadari atau tidak, tiba-tiba seorang pemuda sedang berusaha melewatinya. Tapi karena sempitnya trotoar, ditambah lagi dengan kereta dorongnya yang berada di tengah-tengah, membuat pemuda itu kesulitan untuk mendahului.

Aku yang melihat pemandangan itu jadi berpikir apa yang akan dilakukan
pemuda itu. "Pemuda itu akan membunyikan bel sepedanya dan melewati
nenek itu," tebakku. Kenyataan ternyata tidak seperti yang kubayangkan.
Dengan pelan-pelan pemuda itu tetap berada di belakang si Nenek dan
tidak membunyikan bel sepedanya. Sampai akhirnya si Nenek menyadari ada seseorang di belakangnya dan dia telah menghambat jalan orang lain.
Dengan membungkukkan badannya berkali-kali sambil meminta maaf
(kebiasaan yang sering kulihat pada orang Jepang), dia menepi dan
memberi jalan untuk pemuda itu. Dan berlalulah pemuda itu dengan
anggukan balasan tanpa kudengar suara omelannya.

Rabu, 04 Mei 2011

Mengapa membaca al Qur’an ketika kita tak mengerti artinya?

Baru saja saya membaca sebuah tulisan pada secarik kertas yang tertempel pada dinding kantor teman saya. Sebuah tulisan tua dari internet. Mungkin sebagian pengunjung sudah pernah membacanya, namun merupakan temuan baru bagi saya. Judulnya adalah: Why do we read quran, even when we do not understand even a single arabic word? Sebuah tulisan indah yang amat menyentuh hati yang saya coba terjemahkan dengan judul di atas: Mengapa membaca al Qur’an ketika kita tak mengerti artinya?
Alkisah, hiduplah seorang muslim tua bersama seorang cucunya di sebuah pegunungan di bagian timur Kentucky, Amerika. Sang kakek biasa membaca Qur’an selepas sholat shubuh setiap hari. Sang cucu berusaha meniru setiap tingkah laku kakeknya.
Suatu hari, ia bertanya: “Kek! Aku berusaha membaca Qur’an seperti dirimu tetapi aku tidak mengerti isinya. Jikapun ada sedikit yang kupahami, ia akan terlupakan setiap kali aku menutup kitab itu. Lalu, apa gunanya aku membacanya?”

Mengapa wanita diciptakan dari tulang rusuk pria?

Wanita tidak dicipta dari kepala laki-laki (Adam), supaya tidak melebihi atau mengungguli kodrat laki-laki. Wanita tidak dicipta dari kaki, supaya wanita tidak dihinakan oleh laki-laki atau diinjak laki-laki, karena dia adalah bagian dari tubuhnya. Wanita tidak diciptakan dari tanah, karena wanita memang kodratnya tidak sama dengan laki-laki. Wanita dicipta dari tulang rusuk laki-laki, karena memang untuk dijadikan pasangan laki-laki, menjadi pendamping laki-laki, menjadi kesenangan laki-laki, memperkuat dada laki-laki dan sekaligus menjadi penyeimbang hidup laki-laki.
Rasulullah Saw menjelaskan dalam hadits-nya:
Sesungguhnya wanita itu dicipta dari tulang rusuk. Dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atas. Jika Anda meluruskannya, sama artinya Anda memecahkannya. Jika Anda biarkan, dia akan tetap bengkok. Karena itulah, Anda harus selalu memberikan nasihat-nasihat kebaikan. (HR. Muslim)

Rabu, 13 April 2011

Karena aku sangat Mencintaimu

Oleh M .jono AG
Istriku,
Terus terang, aku terhenyak atas permintaanmu tadi sore. Sebuah judul engkau sodorkan kedepanku dengan seonggok senyum khasmu. "Mas , coba buat tulisan dengan judul: Karena Aku Sangat Mencintaimu". Judul itu bagiku bukan sekedar judul sebuah tulisan, tetapi tersirat sebuah harapan dan keinginan kokohmu untuk senantiasa berada disampingku, apapun kondisinya.
Dari raut muka dan senyummu aku tahu, engkau tidak mengada–ada terhadap kalimat yang engkau ucapkan walaupun engkau samarkan dengan memintaku membuat tulisan dengan judul usulanmu. Engkau ucapkan itu dengan ketulusan dan kesadaran jiwamu. Bukan sebuah tamparan bagiku Insya Allah, tapi harapanmu yang begitu besar kepada Allah agar rumah tangga yang sudah kita arungi bersama 16 tahun ini tetap dalam bingkai rahmat-Nya. Dan Alhamdulillah rasanya karunia Allah itu mengalir terus di kehidupan kita. Dan semakin hari semakin kita semakin hanyut dalam kasih sayang Allah.
Aku masih ingat beberapa waktu yang lalu engkau pernah menceritakan salah satu do’amu yang mungkin agak membingungkan bagi sebagian orang. Ternyata engkau sering berdo’a kalau Allah menghendaki memanggil duluan salah satu dari kita ke hadirat-Nya, engkau kepingin sekali disamping diberikan khusnul khotimah juga rentang waktu untuk pemanggilan yang kedua tidak jauh waktunya dari yang pertama. Saat itu aku hanya tersenyum mendengarnya. Tersenyum karena engkau mempunyai harapan besar kepada Yang Maha Besar, yang karunia-Nya teramat luas untuk kita ukur dan kita hitung.
Istriku,
Karena akupun tidak tahu kapan malaikat Izrail diutus pemilik kehidupan ini untuk memanggil hamba-Nya, akupun hanya bisa berdo’a agar doamu dikabulkan Allah SWT. Aku hanya tahu Allah melalui utusan sudah mengirimkan "tanda mata" berupa beberapa helai rambut kita yang sudah mulai tidak hitam lagi. Disamping juga umur yang semakin hari semakin mendekati umur yang diberikan Allah kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW. Karena panggilan itu mesti datang dan tanpa bisa ditunda sedikitpun dan kita mesti siap menjemputnya setiap saat. Dan mudah-mudahan Allah memberikan jalan yang mudah untuk kita melaluinya. Jalan yang mengantarkan kita ke dalam naungan Rahmat-Nya.
Aku sering teringat anak–anak santri di musholla depan rumah kita yang dengan kepolosannya melantunkan syair/pujian dengan bahasa jawa:
Poro sederek kulo sedoyo, jaler estri enom lan tuwo, Mumpung urip no alam dunyo, saben waktu podo ilingo.
(Saudara–saudara semuanya, laki–laki, perempuan, tua, muda, mumpung masih hidup di dunia, setiap saat harus ingat)
Ngelingono yen ono timbalan timbalane ra keno wakilan, Timbalane kang Moho Kuoso gelem ora bakale lungo.
(Ingatlah akan ada panggilan untukmu dari Yang Maha Kuasa dan tidak bisa diwakilkan)
Yen lungane ora dinyono, sugih miskin bakale mrono, Dunyo brono ditinggalno, sing digowo amal ing dunyo
(Waktunya tidak bisa diperkirakan, kaya miskin sama. Semua harta bakal ditinggal, hanya amal sholeh yang dibawa)
Disalini penganggo putih yen wis budal ora biso mulih, Tumpakane kereta jawa roda papat rupa manungsa.
(Pakiannya diganti dengan kafan putih, kalau sudah berangkat tidak mungkin kembali, diantar kereta tapi rodannya manusia)
Jujukane omah guwo tanpo bantal tanpo keloso, Yen omahe gak ono lawange turu dewe gak ono rewange.
(Namanya alam kubur yang tidak mengenal bantal dan tikar, tidak ada pintu keluar, disana sendirian tidak berteman)
Ditutupi anjang-anjang, diuruki den siram kembang, Tanggo dulur podo sambang podo nangis koyo wong nembang.
(Kemudian kubur itu ditutup dan diurug dengan tanah, atasnya disiram kembang, sedangkan tetangga dan saudara yang hadir menagis sedih)
Baru sampai disitu rasanya hampir lepas raga ini. Teringat betapa alam yang akan kita tuju berikutnya adalah alam yang menjadi tanda apakah kita termasuk orang yang beruntung dengan predikat khusnul khotimah, atau justru su’ul khotimah ? Saat menulis inipun air mataku tak terbendung, ingat akan hari yang pasti akan datang kepada kita sementara kita tidak pernah tahu apakah bekal kita cukup atau tidak untuk menuju kesana.
Satu hal yang selalu aku yakini Allah tidak pernah ingkar janji untuk mengampuni hamba-Nya yang mau tobat, begitu juga rahmat-Nya. Karena titik finish kehidupan kita di dunia ini kita tidak pernah tahu, makanya aku sering bilang: "Kalau ada orang yang secara syar’i jauh dari tuntunan perlakukanlah secara wajar. Tidak perlu kita benci, apalagi kita jauhi. Justru dekatilah. Karena ibarat orang lari marathon kita tidak tahu diakah yang sampai duluan, bagaimana sampainya, sehat dan selamatkah dia dan seperti apa kita sebagai peserta yang lainnya?"
Aku juga sering membayangkan ketika tinggal ruhku yang bisa melihat jasad kaku yang sedang dipangku dan dimandikan oleh istri dan keluargaku, mereka semua pada sedih sementara perkataanku tidak bisa lagi didengarnya. Aku hanya bisa memandangi wajah mereka satu persatu, memohon pamit untuk menuju tempat persinggahan kehidupanku berikutnya sebelum dibangkitkan kelak di padang Makhsyar. Menuju tempat yang aku sendiri tidak tahu siapakah yang menemaniku, apakah amal baikku ataukah justru amal jelekku ? Ya Allah … mudahkanlah urusan alam barzah kami.
Istriku,
Salah satu kehebatan dan kelebihan yang diberikan Allah kepada kaum hawa adalah kesetiaan pada pasangan hidupnya. Aku tahu itu dan Insya Allah engkau termasuk didalamnya. Sehingga kadang–kadang perempuan seolah–olah sudah mengalami kiamat pada saat suaminya di panggil Allah. Padahal kehidupan harus tetap kita jalani apapun kondisinya sampai kita juga menerima panggilan-Nya. Bukan berarti Allah tidak sayang kepada kita pada saat sang suami dipanggil duluan. Justru Allah masih memberikan waktu bagi kita untuk menambah banyaknya bekal yang akan kita bawa kelak. Tempatkanlah kecintaanmu kepada suami dan keluargamu tetap berada di bawah kecintaanmu kepada Allah dan Rasul-Nya. Kasih sayang Allah jauh melebihi cinta dan kasih sayang makhluk apapun di dunia ini. Siapapun yang duluan dipanggilnya pada hakekatnya menuju kepada Sang Maha Rahman dan Rahim. Yang cinta dan kasih sayangnya tidak perlu disangsikan lagi.
Siapapun di dunia ini termasuk aku tentunya kepingin keluarga yang sakinah, mawadah wa rahmah itu tidak hanya berlangsung di dunia, tetapi berlanjut ke akherat kelak, Insya Allah. Karena alam akherat adalah kekal maka sudah semestinya kita mempersiapkannya dengan sebaik-baiknya. Satu hal yang mungkin agak berbeda karena memang fitrahnya berbeda adalah keinginanmu agar kalau Allah memanggil salah satu dari kita, sebaiknya kita lanjutkan kehidupan tanpa orang lain di sisi kita. Aku tidak bisa menjawabnya, karena itu domain-Nya Allah. Rasullullah SAW setelah istri pertamanya meninggal barulah beliau menikah lagi. Itulah takdir Allah. Bahkan kalau boleh aku mengusulkan justru seandainya Allah memanggil salah satu dari kita, setelah masa idah tentunya silahkan lakukan sholat, mintalah petunjuk kepada Allah, apakah perlu kita lanjutkan kehidupan ini dengan orang lain, ataukah kita cukup bersendirian karena umur kita yang juga sudah tidak lagi muda.
Bisa jadi kehidupan berikutnya akan menjadi berkah tersendiri ketika kita tetap bersendirian atau bisa juga dengan hadirnya orang yang ditakdirkan Allah untuk mendampingi kita menjadikan bekal akhirat kita juga semakin banyak. Wallahu a’lam. Yang jelas serahkan sepenuhnya kepada kemurahan dan keadilan Allah. Karena kita semua hidup dalam bingkai takdirnya.
Sekali lagi yang ini aku tidak bisa menjawab karena aku tidak pernah tahu takdirku. Hanya aku ikuti maunya Allah saja. Walaupun aku tahu maksud judul yang engkau sodorkan kepadaku, tapi aku juga ingin mengatakan: "hal yang sama…" Wallahu a’lam. Ya Allah … berkahilah kehidupan kami di dunia, di alam barzah dan di akherat kelak

Penyakit itu bernama kehilangan rasa malu

Oleh bidadari_Azzam.
Bu Rahayu tampak bermuka kencang, istilahnya ngotot di hadapan orang-orang yang ber-tabayyun kepadanya, “Sumpah! Saya tidak bilang begitu, saya tidak seperti itu! Sumpah, Demi Tuhan!”, meluncurlah kalimat-kalimat lain yang bernada iba dan memohon agar ucapannya dipercaya. Bahkan menjual air mata palsu di hadapan manusia sekitarnya. Padahal, sosok-sosok di sekitarnya adalah orang-orang yang juga menyayanginya dan mempercayai ‘pihak lawan’ dari bu Rahayu atas kasus di hadapan mereka, sehingga mereka hanya meminta agar kejujuran mengakui perbuatan dilakukan oleh beliau, mengakui kekhilafan secara tenang dan bermaafan pastilah berbuah ketenangan jiwa. Jikalau sampai kini malah retak sebuah hubungan kekeluargaan, Bu Rahayu harus banyak bercermin, ulahnya sendiri yang menyebabkan hal itu terjadi.
Begitu pun sikap Tara, saat merasa aibnya terkuak lebar gara-gara banyak lalai menunaikan tugas yang diemban, juga sikap tak sopan pada orang tua, maka dengan pongah dan sibuk bagaikan jumpa-pers kemana-mana ia membela diri di hadapan rekan-rekan, pacar, dan komunitas pergaulannya. Begitu sigapnya ia bisa membalikkan fakta dengan memposisikan diri sebagai korban yang dizholimi dalam cerita versinya, padahal secara fakta, “si pihak berlawanan” adalah yang telah dizholimi Tara. Tali-tali kencang persaudaraan yang solid bisa langsung putus tercincang hanya gara-gara sudah kehilangan rasa malu sebagaimana sikap Tara tersebut.
Kenapa lisan, jemari dan perbuatan bisa bertolak-belakang dari kebenaran, padahal Allah ta’ala selalu mengawasi diri kita ? Telah hilang rasa malu dari jiwa-jiwa kita ketika bisa membolak-balikkan yang benar menjadi salah, dan yang salah malah dibenarkan. Bahkan ketika sudah tersudut pun, bisa saja tetap mencari celah alasan demi pembenaran. Rasa malu kepada Allah ta’ala sudah terkalahkan, malah malu kepada manusia sekitar. Rasa takut kepadaNya bahkan telah hilang, malah lebih takut pada penjara dunia. Naudzubillahi minzaliik.
Sejalan dengan itu, Pak Bandit pun tak kalah hebohnya, di kantor dengan lincahnya mondar-mandir saja, ke café, kantin, atau browsing yang tidak ada urusan dengan pekerjaan saat itu. Setumpukan tugas diserahkan pada teman lainnya dalam satu team, si X, si Y, dan si Z. Padahal teman-temannya yang baik hati itu selalu saling toleransi jika membantu pekerjaan kantor lainnya, terutama kalaulah salah satu teman memang punya urusan urgent lain, semisal ada anak atau istri yang sakit sehingga harus mondar-mandir ke rumah sakit, dsb. Namun Pak Bandit dengan cueknya malah ‘mengorbankan’ teman-temannya, tak jelas apa yang dia lakukan sementara yang lain memiliki kesibukan tugas yang luar biasa banyaknya. Kemudian saat laporan tugas kepada pak manajer, Pak Bandit malah mengatakan bahwa semua tugas yang dirampungkan adalah hasil pekerjaannya, lincah nian lidahnya ditambah senyum kebanggaan saat berbicara di ruang rapat, apalagi pada saat itu, teman lain satu teamnya sedang tidak ikut rapat dikarenakan telah mengatur jadwal pekerjaan lain yang harus cepat rampung, sungguh komplet sandiwara Pak Bandit, yang naik pangkat malah dirinya, pak manajer memujinya, aduhai… padahal yang memeras keringat dan air mata adalah teman-teman lainnya.
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari.” (QS. Al-Baqarah [2] : 9)
Peristiwa sedemikian adalah amat sering kita temukan sehari-hari, di negeri manapun, di lokasi kantor atau perumahan, urusan dengan teman atau malah dengan saudara kandung.
Bahkan beberapa hari ini, publik terbelalak kaget, langsung mendunia berita ‘heboh’ tentang tertipunya seorang Fulan, yang ternyata istrinya bukanlah wanita, yang disebut-sebut di media bernama Fransiska padahal nama aslinya sangat bagus, adalah Rahmat. Astaghfirrulloh… Bahkan kemungkinan baru satu kasus itu yang ‘ketahuan’ di Indonesia, sementara pernikahan kaum homo memang sedang populer di negeri-negeri liberal saat ini. Selain malu dengan indahnya nama itu, seharusnya si empunya nama memiliki rasa malu sebagai seorang muslim, terbayang alangkah perih jiwa dan raga ibunda dan ayahnya, ketika mengetahui ananda yang sudah dikandung, dilahirkan, dibesarkan, eeeeh…. malah sim salabim berubah wujud di fotonya sebagai pengubah fitrahnya, bahkan dengan mudahnya tak hanya menipu kaum pria dan lingkungan teman dunia maya, dengan hebatnya menipu lembaga agama, institusi pemerintahan, dan penipuan terhadap sucinya untaian pernikahan! Naudzubillahi minzaliik…
Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al Anshari Al Badri radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya di antara ucapan kenabian yang pertama kali ditemui manusia adalah jika engkau tidak merasa malu, maka berbuatlah semaumu.” (HR. Bukhari, shahih)
Rasa malu yang dimaksudkan adalah malu untuk berbuat yang bukan fitrah diri sebagai seorang insan, bahwa kita di muka bumi ini adalah ‘numpang’, serta meminjam segala apa yang telah diamanahkanNYA, alangkah bodoh dan kurang ajarnya pada Sang Pencipta, jika kita tidak malu berbuat pelanggaran di atas bumi kuasaNya ini. Rasa malu adalah cermin kebaikan, nan membuahkan kesucian jiwa, perkataan yang benar, ketepatan dalam memenuhi janji, serta kemuliaan atau harga diri yang tinggi.
Allah ta’ala melimpahkan hidayahNya kepada kita untuk terus mendekap rasa malu dalam diri, malu untuk berbuat tercela, malu untuk melakukan hal yang dimurkaiNya, malu untuk segala penyalah-gunaan amanahNya.
Bahkan dalam redaksi hadits lain Imam Bukhari & Muslim, kita diingatkan bahwa rasa malu adalah salah satu cabang dari iman, dan jika Allah SWT hendak menghancurkan suatu kaum (negeri), maka terlebih dahulu dilepaskannya rasa malu dari kaum itu. Bermakna jika telah kita lihat rasa malu makin pudar dari keseharian sosok kita, keluarga dan lingkungan sekitar, (tarik nafas panjang, tanamkan semangat untuk segera mengubah prilaku ini), sebab jika makin parah dan rasa malu itu kian hilang, hancur leburlah negeri kita. Itu sangat mudah bagiNya, Sang Pemilik Semesta.
Mari kita ingat kembali, 'koneksi anak-anak dengan dunia luar', televisi, handphone, internet serta pergaulan yang luas dengan teman-temannya. Efek buruk didapatkan ketika bagaimana cara berbicara, prilaku dan sikap-sikap yang terjadi di sekitarnya. Mungkin saja orang tua telah mengajak dan mencontohkan akhlaq yang baik sejak kecil, namun koneksi-koneksi ini bisa saja memiliki pengaruh yang lebih kuat tatkala perhatian kita pada anak-anak mulai meluntur. Contohnya saja, tontonan untuk orang dewasa yang sering pula dilihat anak-anak, bicara kasar dan tertawa terbahak-bahak atau cara-cara menggoda lawan jenis sudah dianggap tontonan yang wajar.
Bahkan rasa malu sengaja dihilangkan demi sebuah prestasi semu duniawi, anak-anak bisa jadi 'malu' karena bukan berbaju baru saat mengunjungi acara temannya, atau karena bukan memegang smart phone tercanggih, atau karena memiliki orang tua bergaji minim yang ‘hanya pekerja biasa’. Padahal seharusnya, rasa malu yang benar adalah ketika baju baru yang dipakai merupakan hasil rampokan, ketika smart phone bahkan mobil mewah yang digunakan adalah hasil membobol uang milik orang lain, atau karena semua yang menempel di badan ternyata hasil merampas harta rakyat sebagaimana para koruptor.
Malu kepada Allah SWT adalah dengan rasa malu yang sesungguhnya, malu saat mata kita yang super penting ini malah digunakan untuk melihat hal-hal yang dilarangNya, malu saat tubuh yang bagus ini malah diumbar demi nafsu dunia dengan mengutamakan nominal lembaran mata uang, malu saat telinga malah dipakai untuk mengupingi rahasia-rahasia saudara lain, malu jika lisan malah berbicara keburukan, ghibah, bahkan berani memfitnah saudara. Malu di saat tidak menjagaamanah dan hidup serba palsu dengan urusan kebohongan disana-sini, malu ketika hidung dan pipi dicium-ciumkan pada sosok non mahram dengan beragam alasan pembelaan diri, malu ketika malah masih mengadakan acara-acara berikhtilat padahal sudah tau akan hukum-hukum syari’at. Malu ketika apa yang diperbuat adalah sandiwara dan rekayasa demi tujuan nafsu dunia, ketika cita-cita yang diimpikan telah menghalalkan segala cara dan melanggar rambu-rambuNya.
Termasuk malu jika sulit mengeluarkan air mata tatkala bersujud padaNYA, malu karena sukar menerapkan taubat, malu karena terus-terusan keasyikan bermaksiat. Duhai Ilahi, kuatkanlah diri kami dalam menjaga rasa malu padaMu setiap masa.
Ya Allah, bimbinglah kami selalu, jauhkanlah penyakit itu dari kami, siramilah hati ini dengan cahaya hidayahMu selalu, dengan mendekap rasa malu dalam jiwa ini, malu jika kami menutup usia dalam keadaan berlumur dosa. Robbana dzolamna anfusana, wa illam taghfirlana watarhamna lanakunanna minal khasirin, Ya Alloh, wahai Tuhan kami, kami telah dzalim terhadap diri-diri kami dan apabila Engkau tidak mengampuni kami, niscaya kami akan termasuk orang-orang yang merugi.
Wallohu ‘alam bisshowab.
(bidadari_Azzam, @Krakow, 4 april 2011)
http://www.eramuslim.com/oase-iman/bidadari-azzam-penyakit-itu-bernama-kehilangan-rasa-malu.htm

Hubungan jarak jauh

Oleh bidadari_Azzam.
Bukannya mengompori untuk bertambah khawatir, namun tulisan ini bermaksud mengingatkan pada diri sendiri untuk senantiasa menjaga tim yang kompak, yaitu keluarga kita nan sakinah. Mencegah adalah selalu lebih baik dari pada mengobati, menjaga izzah keluarga selalu lebih baik dari pada memperbaiki segaris noktah.
Cerita tentang Pak Hasan, ikhwan yang sholeh, berkarir bagus namun tetap sederhana dan bersahaja, tapi harus nge-kos sendirian di Jakarta si kota macet. Istrinya punya karir lain di kota tetangga, sekitar 3 atau 4 jam dari Jakarta, sang istri bersama dua anak mereka selalu menjaga keceriaan keluarga, meskipun Pak Hasan hanya bisa berkumpul seminggu sekali atau kadang-kadang hanya tiga kali dalam sebulan.
Yang namanya hubungan jarak jauh, komunikasi yang terjalin pasti tak selengket saat berdekatan. Apalagi kalau masing-masing pihak teramat sibuk, yang kemudian frekuensi jadwal saling telpon atau ‘video-call-an’ juga berkurang. Itulah yang terjadi pada Pak Hasan dan sang istri. Yang selanjutnya dikarenakan meremehkan suasana mesra itulah, maka perlahan tapi berterusan, datanglah godaan demi godaan sebagai pengganggu keutuhan keluarga.
Godaan awal adalah dari anak kos si induk semang Pak Hasan, gadis yang rajin membantu membersihkan kamarnya itu sesekali melirik dan tersenyum kecil yang selanjutnya bersikap ‘menggoda iman’. Namun Pak Hasan berusaha terus menguatkan hatinya, ia pun makin berupaya memerangi godaan, setiap ada waktu cuti dan weekend, kalau dia tak bisa pulang ke kota keluarganya, maka sang istri dan anak-anak yang berlibur ke Jakarta.
Tapi namanya juga godaan, makin tinggi ranting berbunga, makin kencang angin menghembuskan sepoinya. Anak-anak kian berkembang, anak Pak Hasan makin sibuk, ada banyak kegiatan di akhir minggu. Juga istrinya, makin harus bijak mengatur pengeluaran rumah tangga, tidak bisa jor-joran mengeluarkan dana ke Jakarta melulu. Pak Hasan pun tak punya celah untuk pindah ke bagian lain di kantornya, misalnya jika pindah ke divisi lain, maka pindah ke kota keluarga. Begitu pun sang istri, dia merasa harus bertahan dengan kondisi sedemikian, istrinya tak dapat pindah kerja pula ke Jakarta, pun tak mau mengalah untuk resign sehingga berkumpul dengan suami.
Yah, setiap rumah tangga punya rahasia perusahaan masing-masing, punya prioritas tujuan masing-masing, maka punya jalan bahtera masing-masing, yang orang lain hanya dapat menjadi pengamat amatiran saja, melihat dari kejauhan tanpa perlu mencari detail urusan rahasia keluarga tersebut.
Suatu kali, Pak Hasan pindah kos-an, kemungkinan beliau menghindari godaan yang lebih dahsyat dari anak si empunya rumah tersebut.
Namun di lain waktu, tiba-tiba terdengar berita bahwa Pak Hasan dan istrinya akan bercerai. Waduh, what’s wrong? Berita seperti itu pasti menyedihkan. Semua orang dekat mereka sangat iba, dan merasa tak rela jika keluarga mereka tak utuh lagi. Sedikit demi sedikit terkuaklah cerita pengakuan Pak Hasan yang dulu sempat dimuat di surat kabar kota tersebut, bahwa akhirnya ada godaan lain yang menjerumuskannya pada perzinahan. Naudzubillahi minzaliik.
Dalam cerita beliau, suatu hari sepulang kerja, ia dan rekan-rekan kantornya yang semuanya pria, pulang bersama dalam satu mobil milik seorang teman. Mereka berenam, rencananya akan mencari warung makan, barulah pulang ke rumah masing-masing. Tapi, saat kemacetan parah sekali, mobil susah jalan, seusai hujan deras, banjir dimana-mana. Mereka sudah kelaparan, makanya segera mencari warung makan terdekat, dan warung makan tersebut ternyata jaraknya sangat dekat dengan ‘panti pijat langganan’ teman-temannya.
Seumur hidupnya, baru kali itu Pak Hasan memasuki panti pijat, mereka berenam menikmati teh hangat disana usai makan malam. Entahlah ada unsur kesengajaan atau tidak, yang jelas satu-satunya pria yang belum pernah kesana di antara enam orang tersebut, hanyalah Pak Hasan. Dan dengan kenyamanan suasana yang diciptakan di ruangan tersebut, satu-persatu temannya berpisah-pisah ruangan, diurusi oleh perempuan-perempuan ‘tukang pijat’, Pak Hasan ikut disiapkan dan ditraktir ‘pijatan’ oleh salah satu teman. Tak usahlah terlalu jauh membayangkannya, malam itu, benteng pertahanan diri Pak Hasan hancur lebur, ia ikut terseret ‘kenikmatan pijat plus-plus’ sebagaimana teman-temannya.
Dan peristiwa seperti itu pun akhirnya “jadi langganan”, yang tadinya seorang Hasan adalah sosok suami yang menjaga pandangan, menjaga mata, lisan, dan indera lainnya, ternyata dapat berbalik menjadi pelanggan setia di panti pijat tersebut.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Tiga jenis orang yang Allah tidak mengajak berbicara pada hari kiamat, tidak mensucikan mereka, tidak melihat kepada mereka, dan bagi mereka adzab yang pedih: Orang yang berzina, penguasa yang pendusta, dan orang miskin yang sombong,” (HR.Muslim).
Salah satu dosa besar yang mengerikan, Pak Hasan sudah memahami hal itu, maka ia pun terbuka diri mengakui perbuatannya tatkala memiliki waktu yang tepat untuk bercerita dengan sang istri. Hingga gelegar pengakuan itu membuat sang istri menginginkan perceraian, perih.
Kita tak perlu membahas rumah tangga mereka lebih jauh, tapi hikmah yang bisa kita petik adalah kekompakan suami istri memang harus selalu ada dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Kekompakan itu tak hanya seminggu sekali, tak cuma menikmati weekend, tak hanya belanja bareng, namun harus ada di setiap suasana, terutama suasana menge-charge ruhiyah.
Adalah sosok Mas Angga, yang pernah beberapa kali harus dinas berbeda kota atau beda negara dengan kota tempat tinggal keluarga, sedari awal menikahi istrinya, ia ajak untuk ‘kompak bersama’, “Saya gak mau kita pisah-pisah, dinda… terpisah dua dapur, dua tempat, apalagi pisah dengan anak-anak…”, ujarnya, maka sang istri harus berpindah kuliah beberapa kali, Mas Angga lebih rela menghabiskan uang untuk ongkos pesawat ketika istrinya harus sibuk ujian atau menyelesaikan urusan kuliah. Mas Angga juga pernah harus berada tiga setengah bulan di Afrika, sementara sang anak dan istri di Bangkok, dan Mas Angga menelepon setiap hari, bahkan tiga kali sehari, bagaikan jadwal minum obat. Ada saja hal yang diobrolkan, serasa sulit menutup gagang telepon saking beratnya berjauhan dari keluarga.
Ketika ada perusahaan yang ‘memaksanya’ meninggalkan keluarga lebih lama hingga dua tahun dengan ‘hanya’ dijadwalkan pulang per-tiga bulan, maka Mas Angga rela resign dari perusahaan tersebut, meskipun diiming-imingi bonus nominal yang banyak. Rezeki Allah SWT Maha Luas, masih banyak perusahaan yang memiliki peraturan lebih manusiawi, masih ada pengusaha yang professional bekerja sama dengan karyawan-karyawan meskipun berbeda bangsa. Bahkan pernah suatu kali saat berjauhan, Mas Angga ngotot menelepon sang istri sampai ‘missed-call’ 79 kali, ia sangat khawatir kenapa hp itu tak diangkat. Padahal ternyata hp tersebut di-silent tak sengaja oleh sang balita. Perhatian yang kecil seperti itu sangatlah bermakna, setiap rumah tangga suatu waktu mengalami ujian hubungan jarak jauh ini. Dan lagi-lagi, tak masalah berapa kali kita diuji akan frekuensi waktu tak bersua, namun yang bermasalah adalah jika kekompakan berkomunikasi itu mulai luntur.
Tatkala lunturnya kekompakan berkomunikasi, pasti godaan-godaan datang, dan inilah pintu setan yang hadir dalam suatu rumah tangga. Kalaupun suami dan istri terbiasa meluruskan niat dan menata hati setiap saat, terbiasa sholat berjama’ah dan saling melayani di berbagai momen, namun ketika berjauhan dengan tahap datangnya godaan itu, ada pihak-pihak lain yang memanfaatkan situasi, yang pada saat itu justru sinyal-sinyal cinta pasutri malah bisa makin memudar. Bagaikan perceraian yang telah terjadi pada Bik Inem yang TKW di negeri jiran, ex-suaminya bertani di kampung halaman, di tanah sunda. Tak menyangka alasannya sama dengan banyak kisah TKW lain, sang suami berselingkuh dengan tetangga sendiri tatkala sering bersama-sama di sawah, bahkan uang tabungan Bik Inem yang menurut laporan telah dibelikan bahan bangunan buat renovasi rumah mereka, ternyata raib dipergunakan untuk hal lain.
Acungan jempol buat ummahat senior-senior saya, ada yang rela menunda kuliah lanjutan bea-siswanya, ada yang resign dari perusahaan tempatnya meniti karir, demi prioritas keluarga, mendukung penuh sang suami ketika harus mengais nafkah di negeri lain, dalam tugas berat memimpin rumah tangga.
Satu nasehat penting yang selalu disematkan pada ceramah di acara resepsi pernikahan kita, Bahwa Allah ta’ala mengingatkan, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”(QS. At-Tahrim [66]:6).
Suami adalah pakaian bagi sang istri, begitu pun sebaliknya, istri merupakan pakaian bagi suaminya. Penutup aurat, perhiasan diri serta sumber ketentraman dan kesenangan berumah tangga adalah makna fungsi pakaian tersebut. Maka, jagalah pakaianmu, teman…
Wallohu 'alam bisshowab.

(bidadari_Azzam, @Krakow, 8 april 2011)
http://www.eramuslim.com/oase-iman/bidadari-azzam-hubungan-jarak-jauh.htm

Ketika Sang Idola Membuat Kecewa

Oleh Nurudin
Jangan melihat siapa yang membicarakan, tapi lihatlah apa yang dibicarakan. Mungkin pesan bijak inilah yang perlu kita perhatikan dalam menghadapi suatu masalah sebelum komentar. Bersikap objektif dalam menerima dan memberikan respon tanpa harus melibatkan ego yang terkadang justru memancing emosi.
Sebuah telur, (maaf) meski keluar dari dubur binatang, dia tetaplah telur yang kita sukai karena manfaatnya. Sebaliknya, meski keluar dari mulut seorang yang dianggap tinggi, terpandang atau mulia sekalipun, tidak ada seorangpun yang mau menerima muntahannya. Seekor ayam, meski dia hanyalah hewan yang derajatnya lebih rendah dari manusia, seringkali memakan sampah, kotoran, bergonta-ganti pasangan, namun tetaplah ketika dia mengeluarkan telur, kita semua setuju, itu semua tidak mengurangi manfaat dari telur itu sendiri. Seorang tokoh terpandang, dianggap mulia, ketika dia mengeluarkan ucapan-ucapan kotor, bertentangan dengan norma-norma susila, agama, apakah lantas kita membenarkannya lantaran yang mengucapkannya orang yang kita hormati, kita segani? Tentu saja tidak.
Kita seringkali menempatkan seseorang sebagai tokoh idola kita, entah karena profesinya, kepintarannya atau juga karena fisiknya yang kita anggap lebih dari kita dan bisa kita jadikan sebagai acuan untuk langkah kita menjalani kehidupan sehari-hari. Ucapan, gaya hidup dan segala yang ada pada tokoh idola kita sedikit banyak membawa pengaruh dalam kehidupan kita.
Mengagumi seorang tokoh sampai kepada mengidolakan, secara berlebihan bisa menyebabkan kekaguman yang membabi buta sehingga seringkali mengakibatkan kita menjadi subjektif dalam menyikapi satu permasalahan. Manakala sang idola masih kita puja-puja, segala tutur kata yang dia keluarkan seolah semua menjadi benar dan perlu bahkan wajib untuk kita ikuti, segala gaya hidup dan tingkah laku menjadi tolak ukur dan patokan untuk kehidupan sehari-hari.
Namun Ketika sang idola melakukan satu keputusan, atau tindakan atau kebijakan yang tidak sesuai dengan hati kita (dan memang tidak selamanya harus sesuai ) maka muncullah sifat arogan kita, yang kemudian merubah kekaguman itu menjadi kebencian.Dari yang semula ucapan penuh pujian tiba-tiba berubah menjadi cacian dan hujatan yang bertubi-tubi tertuju pada sang idola padahal belum tentu itu kesalahan sang idola. Bisa jadi tindakan sang idola itu wajar-wajar saja, manusiawi bahkan tidak bertentangan dengan aturan manapun, tetapi terkadang kebenaran memang tidak bisa langsung diterima khususnya bagi yang belum mengerti dan memahaminya. Rasa simpatik berganti menjadi permusuhan atau paling tidak hilang sudah, bahkan sifat oragan mengantarkan kita pada hujatan-hujatan yang merendahkan, seolah-olah kita jauh lebih mulia dari orang yang kita hujat.
Pernahkan kita berfikir, manakala sang idola begitu kita percaya, kita kagumi bukan saja karena kepribadiannya, kesopanannya, kesantunannya namun karena nasihat yang memang benar adanya, sejauh mana kita bisa mengikuti, melaksanakan nasihat-nasihatnya? Bisa jadi baru sebagian kecil dari nasihat-nasihatnya yang kita pahami, kita laksanakan, atau bahkan baru kita dengarkan saja. Berbagai keterbatasan menjadi alasan kita membenarkan diri untuk tidak mengikuti nasihatnya. Tapi ketika kita tidak setuju dengan pilihan sang idola, kita berubah menjadi penghujat yang seolah-olah jauh lebih mulia. Kita begitu senangnya mengeluarkan statemen-statemen yang memojokan.
Terlepas dari benar tidaknya pilihan sang idola, terkadang kita lupa bahwa seorang yang kita idolakan itu hanyalah seorang manusia biasa, sama seperti kita, penuh dengan khilaf dan dosa. Bisa saja pilihannya salah, namun bisa saja benar, hanya saja justu kita yang belum memahami serta terlalu banyak berharap dan menuntut dari sang idola.
Sebenarnya apabila kita ingin mengidolakan seseorang, tidak ada satu manusiapun yang patut untuk kita jadikan idola selain Rosululloh SAW, satu-satunya manusia paling mulia, baik dimata Allah maupun di mata makhluk. Ada satu jaminan bahwa apabila kita mengidolakan Rosululloh SAW, tidak ada kekecewaan dan kekeliaruan. Tidak ada keraguan akan mulianya akhlak beliau. Tidak ada kesesatan selama kita mengikuti jejak langkahnya. Tidak ada permusuhan selama kita ikuti nasihat-nasihatnya. Tidak ada kebencian selama kita istiqomah di belakangnya. Beliaulah manusia yang memiliki akhlak Al-Qur’an. Beliaulah manusia yang patut dan sudah seharusnya menjadi idola sejati kita, bukan mereka yang memiliki suara bagus, rupa yang menawan, prestasi yang tinggi, karir yang mapan, yang sebenarnya masih ada kesamaan dengan kita yaitu tidak pernah lepas dari khilaf dan dosa
http://www.eramuslim.com/oase-iman/ketika-sang-idola-membuat-kecewa.htm

Cut Nyak Dien, Cut Meutia dan Cut Tari

Oleh SusWoyo
Sinar matahari yang berwarna kuning keemasan itu masuk melalui celah jendela di ruang kelas lima sebuah sekolah. Seorang perempuan anggun, guru muda di sekolah tersebut, menatap kosong ke arah para murid yang sedang mengerjakan soal.
Ia masih memikirkan pertanyan seorang murid tempo hari, ketika ia menerangkan sejarah perjuangan rakyat Aceh menentang penjajahan di masa lalu. Dan perempuan itu begitu kaget, manakala ia menyebut nama Cut Nyak Dien dan Cut Mutia. Karena beberapa murid menambahkannya dengan nama Cut Tari, artis Indonesia berdarah Aceh yang pada pertengahan 2010 namanya melambung berkat sebuah berita yang cukup mencengangkan negri Indonesia.
“Bu, benarkah Cut Tari itu anaknya Cut Nyak Dien?”
Begitulah pertanyaan dari salah seorang murid kelas lima anak didiknya. Sang guru tak serta merta menjawab. Ia sangat hati-hati menyikapi pertanyaan tersebut.
Ketika masih kuliah dulu, guru muda itu cukup aktif di sebuah organisasi kampus. Ia dan kawan-kawannya sering mengkaji biografi tentang para perempuan yang mempunyai kontribusi besar terhadap negeri ini. Tak ketinggalan juga adalah Cut Nyak Dien dan Cut Meutia. Yang memang kredibilitas dua perempuan ini diakui perjuangan oleh rakyat Indonesia, dan gelar pahlawan nasional pun disandangnya.
Demi harga diri sebuah bangsa, demi kemandirian sebuah negeri, demi tak terinjak-injaknya hak seorang perempuan oleh penjajah, demi martabat seorang muslim, dua tokoh itu rela mengorbankan harta, nyawa, kesenangan hidup di dunia untuk bergerilya melawan kedholiman.
Kalau mengingat itu, sang guru merasa teriris-iris hatinya mengingat pertanyaan sang murid. Namun ia tak bisa menyalahkannya, karena dijaman informasi yang begitu global ini, berita apapun bisa diterima oleh anak-anak, tanpa terlebih dahulu dibimbing oleh orang tua.
“Dari mana kamu tahu tentang Cut Tari?”
Ujar sang guru balik bertanya waktu itu. Lantas sang murid menjawab:
“Dari televisi Bu, dia kan yang ada di video mesum…dengan Ariel.”
Sang guru terperanjat lagi. Sudah begitu jauhkan anak seusia dia mengakses berita?
Guru muda itu hanya berharap dalam hati, semoga anak didiknya itu hanya sebatas tahu saja, dan tidak menirunya.
Ia sangat menyadari bahwa banyak generasi saat ini yang lebih mengidolakan siapapun yang ada di layar kaca, ketimbang para pejuang negri ini yang sudah teruji dalam menapaki hidupnya.
Kita menyadari bersama bahwa kisah selebritis hampir setiap saat dikupas tuntas di media massa, dan dinikmati dengan lahap oleh semua kalangan termasuk anak-anak. Sementara kisah tentang kepahlawanan, tak terasa seolah seperti sudah terpinggirkan.
Adalah kita sebagai orang tua, yang harus siap menjadi dosen, tutor, ustadz, guru, pendamping setia, terhadap segala informasi yang masuk terhadap anak-anak kita. Tentu, kita harus tak bosan untuk senantiasa menambah ilmu, dimana saja dan kapan saja! Agar referensi kita menjadi bertambah. Sehingga kita bisa menerangkan kepada anak kita, biarpun sama-sama memakai “Cut” debelakang namanya, tapi ternyata ada perbedaan yang sangat jauh.
Cut Nyak Dien dan Cut Meutia, membawa kita ke “aroma” perjuangan yang luar biasa melawan ketak adilan, kedholiman dan harga diri suatu bangsa. Sementara Cut Tari secara tak sadar, sedang membawa generasi ini untuk menebarkan "kejujuran" di wilayah yang dilarang oleh Sang Pencipta.
Purwokerto, Peb 2011 < woyo_sus@yahoo.co.id >
http://www.eramuslim.com/oase-iman/suswoyo-cut-nyak-dien-cut-meutia-dan-cut-tari.htm

Selasa, 12 April 2011

Ketika suami lupa memikirkan yang ini.......

“Aku sudah gak tahu lagi, rasa sedih sepertinya sudah lewat, hari ini mantan istriku menikah dengan eks kawan SD-nya, bayangin setelah gak ketemu selama 25 tahun lalu, mereka reuni gara-gara Facebook, hasilnya mereka berkencan, memadu kasih, dan akhirnya merencanakan hidup bersama, tanpa peduli bahwa mantan istriku sudah punya suami yang gantengnya kayak aku gini, wk wk wk... dan cerai akhirnya ku lemparkan dengan gembira pada istriku yang manis bermulut tipis,” demikian status yang panjang lebar di Facebook Andi membuat banyak kawan-kawannya geleng-geleng kepala.
Comment pun datang bergantian, ada yang bersimpati, menghujat ataupun nada bercanda tidak peduli. “Cari ajaa laggee..” demikian comment dari Sri Ningsih. “Dalam Islam ternyata istri yang selingkuh harus ditalak tiga, ya Ndi..?” comment dari Rita Rafida. “Selamat menempuh hidup baru sebagai duda,” comment dari mas Irvan geng duda miskin. Namun ada juga comment yang bersifat simpati seperti, “Innalillahi wa innailahi roji’un, kok sampai sebegituya yaa, sabar yaa mas, semoga mendapat ganti yang lebih baik,” komentarnya bu Imas.
Lalu, “sesungguhya lelaki yang baik akan mendapakan perempuan yang baik, lelaki yang jahat akan mendapat lelaki yang jahat, begitu janji Allah dalam Al qur’an surat An Nur ayat 30,” comment dari ustadz Iqbal, pesantren Darul Ihsan. “Tabah yaa...” dan banyak lagi ungkapan-ungkapan comment di Facebooknya Andi.
Hari-hari Andi yang masih nyeri, antara sakit karena dikhianati dan juga sakit karena harga dirinya sebagai lelaki seperti dinjak-injak dengan suksesnya, serta tidak diakui keberadaanya oleh sang istri maupun sang pacar istri.
Selama ini pernikahan mereka biasa-biasa saja, tak ada pertengkaran yang hebat yang mewarnai hari-hari mereka, tak ada bentakan ataupun KDRT dalam rumah tangga mereka yang manis dan harmonis.
Namun bila cinta datang tiba-tiba, dan setan pun memiliki pekerjaan yang paling besar yaitu menceraikan suami istri, maka dalam hal ini, Andi sebagai suami yang baik-baik saja, tidak mampu berkata apa-apa, dan masih terheran-heran kok bisa yaa istriku yang di rumah saja, dan yang selama ini manis-manis serta baik-baik saja, bisa bersikap khianat padaku.
Sebenarnya ada satu hal yang Andi lupa, bahwa istri yang baik-baik saja diam di rumah juga bukanlah berarti negara sudah aman. Seorang istri tetap memerlukan pujian, perhatian, keromantisan, dan juga sikap mengalah yang dapat membuat istri merasa tenang.
Diayomi dan dimanjakan, itulah yang dirasakan Rina, mantan istrinya Andi. Rina mendapatkan pujian yang menyanjung, perhatian dan tatapan yang dalam, juga sikap melindungi dari sang bekas teman SD nya itu, di mana hal-hal seperti itu sudah tidak pernah didapatkan lagi dari Andi, suami yang dinikahinya 10 tahun yang lalu dengan menghasilkan 2 anak.
Disamping Andi sebagai kepala keluarga haruslah memberikan masukan-masukan yang Islami, entah berupa pengajian atau membimbing istrinya untuk sholat malam, hal lain ternyata keruntuhan rumah tangga itu tidak hanya dari pihak suami saja, namun bisa datang dari pihak istri, dan untuk menjaga keutuhan rumah tangga itu harus dilakukan oleh kedua belah pihak dangan sungguh-sungguh dan dilakukan setiap hari tanpa henti.
Dan ada satu lagi yang sangat penting yang Andi sungguh lupa akan yang satu ini, yaitu menjaga diri dan keluarganya dari api neraka, dengan mengajak istrinya selalu beribadah serta juga memberikan hak istri untuk mendapatkan siraman rohani, bahkan ketika goncangan itu tiba, Andi pun tidak dapat berbuat apa-apa, karena Andi merasa telah memberikan apapun pada istrinya.
Bagi Andi pujian, keromantisan dan lain-lain sudah cukup diberikan, namun Andi sekali lagi lupa akan yang satu ini, memberikan bekalan pengajian atau mengikutsertakan istrinya dalam kajian rutin buat para muslimah. Ingatlah akan peringatan Allah,
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahriim [66] : 6)

Istri Idaman

“Aku ingin istri yang cantik Ma, yang pintar dan bisa enak diajak diskusi, nyambung ketika bicara dan mudah dibawa masuk ke dalam acara keluarga, dan utamanya menerima kekurangan dan kelebihan kita Ma,” Anto memaparkan alasan kenapa sudah 32 tahun belum juga mau menikah.
“Mama, tahu kan betapa menderitanya bang Ucok, punya istri yang kaya raya namun arogan setengah mati, Ma tahu kan bahwa bang Ucok itu apalagi setelah di PHK makin sering dimarahin istrinya siang dan malam, kemarin saja aku dengar sendiri istrinya jerit-jerit di telepon suruh bang Ucok pulang cepat-cepat dari sini, itu karena si Maryam, anak bang Ucok yang ke dua sakit panas. Yaa mestinya istrinya ngertilah bahwa bang Ucok kan juga cuma sebentar di sini, cuma mampir nengokin anak yang baru pulang dari rumah sakit, kan juga cuma sebentar. Aku melihat istri kalau salah pilih malah bikin suami-suami jadi pusing, dan rumah tangga jadi gak bahagia,” Urai Anto panjang lebar dan seakan meminta pengertian sang Mama.
“Ada lagi istri si Umar, Mama ingat kan Umar kawan kuliahku dulu yang adalah ketua rohis? yang berjenggot itu lho Ma, Da’i yang rajin banget sholat bahkan ikut-ikut berdakwah, bahkan sekarang sesekali dia juga berdakwah di mushola kantorku... tapi baru saja ku dengar mereka bercerai, masing-masing bawa satu anak, karena ku dengar istrinya itu sangat kasar dan suka melempar-lempar barang kalau marah, kebayang gak sih punya istri marah-marah melulu, hidup jadi gak tenang kan..” gerutu Anto lagi.
“Lalu kamu mau punya istri yang kaya siapa To? di dunia ini kan tidak ada bidadari yang numpang lewat lalu menawarkan diri jadi istri kamu,” tanya Mamanya Anto dengan lembut. “Tidak ada perempuan yang sempurna di dunia ini, susah nyari yang sempurna, pasti ada cacat celanya,” Mama meneruskan sambil memegang bahu Anto dengan penuh kasih sayang. “Mama ini sudah tua To, Mama hanya ingin sepeninggal Mama nanti, kamu ada yang mengurus, merawat dan juga sudah punya anak-anak yang akan membuatmu menjadi dewasa dan gembira karena anak-anak itu membuat seorang suami menjadi lebih bertanggung jawab atas rumah tangga dan kehidupan ini.. Tidak lama lagi mungkin Mama akan menyusul ayahmu To, Mama hanya ingin sepeninggal Mama, kamu telah memperkenalkan istrimu pada Mama..” isak ibunya Anto tertahan..
Anto hanya terdiam dan tercenung lama, gumamnya dalam hati, “karena aku belum menemukan wanita seperti dirimu, Ma yang diam saja bila dimarahi suaminya, yang selau berkata lembut, yang selalu mengerti aku, yang selalu mengalah dan mendahulukan kepentinganku, yang pasrah dikasih uang berapa saja oleh suaminya, yang cantik seperti dirimu, yang menyayangi anak-anaknya seperti dirimu, aku susah sekali menemukan wanita yang baik seperti dirimu di zaman sekarang ini, banyak perempuan cantik namun mereka tidak memiliki sifat-sifat yang kuinginkan dari seorang wanita yang mengalah dan keibuaan seperti dirimu,” demikian renung Anto dalam hati.
Hmm, namun Anto sebenarnya tidak tahu bahwa sudah berapa kali ibunya mendengking pada ayahnya, sudah berapa kali ibunya minta cerai pada ayahnya, sudah berapa kali ibunya membantah ucapan ayahnya, sudah berapa kali ibunya marah-marah dan membanting pintu dengan keras pada ayahnya dalam hal berbeda pendapat yang cukup banyak, dalam ucapan-ucapan yang kerap salah pemaknaannya yang sering kali memicu pertengkaran hebat di rumah tangga mereka, bahkan Mamanya pernah sekali meninggalkan rumah ayahnya sambil menggendong Anto kecil yang diikuti bang Ucok dikala berusia 7 tahun, pergi dari rumah dengan amarah dan meninggalkan surat yang berisi permintaan cerai pada suaminya.
Dulu, di kala anak-anak masih kecil, dikala ibunya Anto masih muda, di kala rumah tangga mereka baru berusia di bawah 10 tahun, dulu ketika ekonomi keluarga belum mantap, ketika jiwa belum stabil, ketika semua masalah diselesaikan dengan emosi, Anto tak tahu bahwa untuk menjadi tenang dan berwibawa serta penuh kasih sayang seperti Mama, seorang wanita memerlukan banyak tahun untuk memberinya pengalaman agar lebih dewasa dalam mengarungi bahtera kehidupan dan diperlukan juga kesabaran dari sang suami untuk mendidik sang istri agar menjadi istri yang solihah, dan semua itu tidak dapat dilakukan dalam satu kedip mata, membutuhkan tahunan untuk memproses dari seorang wanita lugu dan tidak tahu apa-apa, serta jiwa yang sangat tidak stabil menjadikan seorang wanita dewasa yang pengertian, menyayangi dan menjadi wanita idaman.
Maka tak salah kan bila ku katakan bahwa SBY menjadi presiden dan dalam kehidupannya matang sebagai presiden karena pendampingnya adalah bu Ani yang lembut dan sudah matang dalam asam garam kehidupan, dan itu tidak mungkin dilakukan ketika usia pernikahan mereka masih seumur jagung.
Hmm, paham kan kenapa presiden selalu berumur tua, karena perlu di dampingi oleh istri yang sudah tua juga dan dewasa serta penuh hikmah. Anto akan menemukan istri idaman yang seperti ibunya, bila Anto melalui proses seperti ayahnya juga, butuh bertahun-tahun untuk mendapatkan istri idaman seperti yang diharapkan Anto.
"... dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Baqarah [2] : 228