Subscribe:

Kamis, 18 Agustus 2011

Renungan 1/3 malam terakhir Ramadhan

Menjelang hari nan fitri mari kita renungi perbuatan2 yg pernah kita lakukan terhadap ortu, smoga kita segra memohon maaf pada mereka seblum ramadhan ini berakhir atau justru kita menunggu umur kita berakhir?

Sekarang hadirkanlah bayangan orang-orang yang kita cintai, ibu dan ayah antum. Bayangkanlah wajah ibu dan ayah antum. Hadirkanlah kenangan-kenangan indah bersama mereka. Mari kita sejenak mengingat jasa-jasa mereka. Mengingat masa ketika kita masih dalam kandungan. Lupakah kita tentang berat tubuh kita yang dipikul oleh ibu kita ? selama kurang lebih Sembilan bulan 10 hari lamanya, ibu senantiasa membawa kita kemanapun beliau pergi. Dan Allah menyebut kesusahan yang dialami ibu kita saat mengandung dengan bahasa wahnan ‘ala wahnin, kesusahahan di atas kesusahan, kesulitan di atas kesulitan, kepayahan di atas kepayahan, yang bertambah-tambah.
Memang demikian adanya. Ingatkah kita ketika di malam hari kita menangis, lalu ibu kita terbangun untuk menenangkan dan menidurkan kita lagi setelah selesai menunaikan hajat kita. Ingatkah kita ketika kita makan dan disuapi oleh ibu kita. Ketika kita mandi dan kita meraung-raung karena tidak ingin mandi.  Ingatkah juga ketika ibu kita mengajari kita, “A…Ba…Ta…Tsa…” dengan kesabaran yang sangat tinggi. Ingatkah kita bahwa tatkala kita sedang sakit,  ibu lah orang yang paling gundah dan gelisah.
Saudara-saudaraku yang aku sayangi dan aku cintai….
Sekarang, bayangkanlah wajah ayah kita. Tidakkah kita memahami bahwa hitamnya warna kulitnya dan berkeriputnya wajahnya adalah karena pengorbanannya yang tidak kenal lelah dalam mencari nafkah untuk kehidupan sehari-hari dan menyekolahkan kita. Itu semua dilakukan demi kita, anaknya. Orang tua kita ingin agar kita lebih pintar, lebih tiggi jenjang sekolahnya, lebih arif, lebih bahagia, lebih banyak mendapatkan ilmu-ilmu agama dan lebih bijaksana dalam memecahkan problem kehidupan yang akan kita dapatkan dan lebih bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan. Itulah ayah kita. Ia curahkan semua pengorbanannya kepada kita. Sekalipun sakit, ia tetap bekerja dan tidak memperdulikan rasa sakitnya asal kita mendapatkan kecukupan hidup. Semuanya demi kita ya ikhwati…,
Dan bayangkan juga teman-teman kita di mana mereka juga ikut andil dalam merubah pribadi kita menjadi pribadi yang indah. Teman-teman kita juga memiliki peran besar dalam melatih tanggungjawab, kebersamaan dan rasa persaudaraan. Adakah kita melupakannya ?

Keharuan yang juga membuat bulu kudukku merinding. Mengenangkan masa-masa kecil adalah pengalaman tak terlupakan. Betapa banyak jasa ayah-ibu dan teman-teman. Bernostalgia dengan orang yang paling kita cinta; ibu dan ayah akan memantik emosional kita sehingga seolah kita tersadarkan dan diingatkan oleh jasa-jasa mereka; di samping juga mengingatkan betapa seringnya kita melukai perasaan mereka padahal kita belum pernah membahagiakaannya. Kita bisa memahami gejolak emosi dan perasaan dgn doa2 kita :

Ayah, maafkan atas apa yang telah aku lakukan pada ayah. Selama ini, aku sering sekali menyakitimu, aku sering membantah, aku sering marah-marah. Maafkan atas semua perbuatanku selama ini, maafkan aku ayah….., Aku juga minta maaf pada ibu jika aku tidak berterima kasih atas apa yang ibu berikan, maafkan aku ibu jika aku selalu menjadi beban bagimu…maafkan aku ibu….jika aku selalu menyakitimu…Teman-teman, maafkan aku karena aku sering menyakitimu. Mungkin aku ini orang yang tidak mau berterima kasih pada teman-teman. Maafkan aku…”

“Ibu, engkau wanita mulia, ingin sekali anakmu ini memelukmu dan menciummu. Berjuanglah, doakanlah aku ibu agar aku menjadi anak yang sholeh-sholehah supaya kita bisa berkumpul kembali di akherat nanti. Semoga pengorbananmu dibalas oleh Allah dengan jannah dan dosa-dosamu diampuni. Terima kasih ibu….terima kasih atas semua pengorbananmu. Terima kasih ibu….,

Sudahkan kita membalas jasa kedua orang tua kita, minimal dengan banyak mendoaan mereka ?
Sudahkah kita banyak beristighfar kepada Allah atas dosa-dosa kita ?”
Siapakah yang akan mendoakan kita ketika kita sudah meninggal dunia ?”

Saudara-saudaraku yang aku sayangi…..
Kalau kita sudah mengenang kenangan-kenangan indah bersama ayah dan ibu kita dan pengorbanan mereka yang tidak kenal lelah. Mari kita merenung sejenak, sudahkah kita membalas jasa-jasa mereka, minimal adalah dengan banyak berdoa ?
Mari kita banyak melantunkan doa yang dituntunkan oleh Rosululloh untuk kedua orang tua kita, -dengan suara terbata-bata saya memandu mereka untuk berdoa;
رب اغفر لي ولوالدي وارحمهما كما ربياني صغيرا
رب اغفر لي ولوالدي وارحمهما كما ربياني صغيرا
”Duhai Allah, ya Allah, ya Tuhanku….ampunilah aku dan kedua orang tuaku. Dan kasihilah mereka sebagaimana mereka mendidikku sewaktu aku kecil.”
”Ya  Allah, ya Tuhanku….ampunilah aku dan kedua orang tuaku. Dan kasihilah mereka sebagaimana mereka mendidikku sewaktu aku kecil.”



0 komentar:

Posting Komentar