Ia menatap dalam cinta seirama jiwanya memancarkan Cahaya Cinta…
Ia hadirkan damai yang begitu dalam lalu menyisipkan rasa untuk dirindui…
Ia muarakan kebahagiaan yang teduh lalu menyelipkan hasrat untuk dimiliki..
Ia tebarkan kesejukan membalut jiwa lalu menyelipkan harapan untuk dikasihi..
Wahai bidadari..
dalam dekapmu kutemui sejuta rasa… rasa yang hadir dari keabadian
sejati, rasa yang hadir dari kedamaian sejati, rasa yang hadir dari
wujud sang kekasih sejati. Dalam panorama kelembutan budi bahasamu aku
menemukan
Tuhan, seperti aku menemukan namamu (Annisa) yang terpahat
indah dibuku suci-Nya.
“Hai Sekalian
manusia,
bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari “Cahaya
yang satu yang bersumber dari Cahaya-NYA…… “(dari diri yg satu dan dari
pada-NYA……)” :: Qur’an Surat An-Nisa ayat : 1
::: Dengan memandangmu kami seharusnya bertaqwa, dengan mengenalmu
kami seharusnya beriman, dengan kehadiranmu disisi untuk menjalani
hidup, seharusnya kami tegar. Dan dalam dekapan hangat hasrat cintamu seharusnya kami ber
syukur.
Wahai bidadari..
Dari kejauhan aku
melihatmu dalam kemelut walau engkau mencoba sembunyikan dalam senyuman, tapi air matamu berbi
cara
pada alam. Aku mencoba mengerti semua yang terjadi dan akhirnya aku
mengerti dalam ketidak mengertianku. Rupanya hal ini sudah kamu lalui
ber
tahun-tahun dengan
kekuatan
dan harapan yang tidak pernah luntur. setiap hari kamu tersakiti dan
teraniaya, namun kelembutan jiwamu tidak terhalangi untuk terus mengalir
dalam irama sabar, tulus dan pasrah, bahkan setiap pagi didepan teras
rumah, engkau melepasnya dengan do’a suci dan terkadang di iringi
linangan air mata.
Engakau mengerti hakikat hidup ini, kehadiranmu disisinya adalah
untuk membentuknya menjadi manusia bijak nan sejati, bukan sebagai teman
dalam pertengkaran apalagi sampai meninggalkannya. Tugasmu bukanlah
untuk memiliki dan menguasainya, olehnya kamu begitu rela ketika ia
mulai memetik mawar yang lain, kamu hanya kecewa karena ia belum juga
mengerti siapa dirinya yang sebenarnya ; adalah lelaki sejati yang
dikaruniai kekuatan menjadi pe
mimpin.
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita….” ::: Qur’an Annisa ayat : 34
::: Ketika Tuhan menciptakan alam ini, Ia merangkai dalam keperkasaan-Nya, meleburkan setiap p
artikel-partikel lalu menyusun tiap partikel dalam kodrat sesuai kehendak latifah-Nya. Alam inipun terwujud se
bagai
esensi Rahima dalam Latifah akan af-al-Nya. Kita lalu mengenal dan
memahami penciptaan sebagai suatu kekuatan dan keperkasaan Tuhan, namun
Tuhan menunjukan panorama ciptaan-Nya dalam keindahan dibalut
kelembutan, dan Dia sendiri ingin kita mengenal-Nya dari titik
kelembutan.
Pandanglah keperkasaan gunung yang menjulang tinggi dan pahamilah, maka
akan kamu temui kegersangan dan kekeringan di puncaknya, namun lihatlah
kelembahnya, maka kesejukan dan kesuburan hadir dari kelembutan alam
melalui tetes-tetes air yang melebur dan mengalir dalam satu kesatuan,
karena demikianlah adanya kekuatan dan keperkasaan alam semesta hanya
bisa berjalan dalam irama kelembutan. Bahkan perpaduan inilah yang
menjadi dasar pijakan akan dualitasnya
hukum
alam, dan manusialah tempat berkumpulnya segala dualitas yang ada di
alam semesta sehingga dialah mikrokosmik yang paling bisa dipahami
secara hakikat untuk memahami alam semesta yang merupakan manifestasi
dari Tuhan itu sendiri.
Ibnu Arabi: ”ketahuilah bahwa yang mutlak (Tuhan) tidak mungkin
direnungkan secara bebas dari wujud nyata, dan Dia tampak lebih sempurna
dalam bentuk manusia dari pada dalam bentuk lainnya dan lebih sempurna
dalam perempuan dari pada laki-laki”
Figur wanita tercipta dari sisi keperkasaan dan maskulin laki-laki
(Adam) yang lahir dari feminim Ilahi, Ia tercipta sebagai pencipta
dengan energi feminimnya. Dengan rahimnya, Ia membasuh benih-benih jiwa
lalu melindungi dengan kasih yang mutlak dalam kesabarannya, kemudian Ia
mengajari setiap jiwa yang melewati rahimnya dengan cinta, membekalinya
dengan kelembutan lalu mengarahkannya pada kebaikan dan kebenaran.
Olehnya tidaklah berlebihan jika alam pun menyanjungnya lalu meletakkan
syurga dibawa telapak kakinya, karena Ia adalah manifestasi dan refleksi
Kasih Ilahi.
Wahai bidadari…
Jadilah wanita yang sebenarnya.
Yang senantiasa memandang dengan Cayaha Ilahi, sehingga Ia memandang senantiasa dalam Cinta…
Yang senantiasa mendengar dengan Cahaya Ilahi, sehingga Ia mendengar dalam kebesaran Cinta…
Yang senantiasa bernafas dengan Cahaya Ilahi, sehingga tiap detak nadi dan aliran darahnya menjadikannya sabar dalam Cinta…
Yang senantiasa bicara dalam kelembutan Cahaya Ilahi, sehingga setiap
tutur katanya laksana puisi alam yang penuh kesejukan dalam Cinta..
Yang senantiasa bertindak dan berakhlak dengan Cahaya Ilahi, sehingga Ia menjadi manifestasi Sang Ilahi.
Ibnu arabi: Wanita adalah bentuk tertinggi keindahan duniawi, tetapi keindahan duniawi tidak berarti apa-apa jika Ia
bukan merupakan perwujudan dan pencerminan
kualitas Ilahi”
Ingatlah, wahai Bidadari…
Jika diluar itu semua, kamu hanyalah sebatas jiwa yang berjasadkan
wanita namun tidak memahami esensi wanita. Kamu akan mengalami banyak
kekecewaan dalam figurmu, kamu akan merasa disakiti dan tidak memahami
makna hidup, lalu kamu terdorong untuk mengikuti egomu dan kamu akan
dicampakkan egomu sendiri tanpa kamu pahami. Terkadang kamu merasa sudah
menjadi sosok yang sebenarnya, namun kamu berpikir alam yang tidak
berpihak padamu, dan itu menjadi keluhan dalam setiap kesempatan
pemberontakan jiwa yang dikendalikan egomu.
Sejenak kamu ingin lari dan terbang…
Tetapi kamu hanya mampu menjadi kupu-kupu yang terbang dimalam hari.
Jika demikian adanya dalam hidupmu, maka ketahuilah banyak wanita yang
tersesat di alam sana dan menjadi pengunjung neraka, jika kamu salah
satu dari mereka, itu artinya kamu telah memindahkan dan meleburkan
syurga (yang letaknya dibawa kakimu) kelembah neraka. Namun
tersenyumlah, karena Alam masih menyimpan kekuatan untukmu. Olehnya
gapailah kekuatan alam ini yang terpatri disetiap kitab-kitab suci, lalu
dengan kesungguhan kamu akan mendapati kekuatan itu yang tersulam indah
pada nama-NYA ; “BISMILLAH”.
Dan dalam nama-Nya kamu akan menemukan titik awal dalam tinta
penciptaan alam semesta. Titik itu berada dibawa huruf “BA” dan titik
itu berada pada dirimu dan setiap makhluk, namun hanya manusia yang
diberi keistimewaan untuk mengetahuinya sehingga mereka mengerti akan
makna hidup ini.
“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah itu kepada petala langit
dan bumi dan gunung-gunung: dan mereka menolak untuk memikulnya dan
gentar kepadanya; tetapi Al-Insan mengambilnya; dan sungguh, ia itu
dzalim dan bodoh.” ::: (QS Al-Ahzab : 72) :::
Wahai bidadari…
Dengan kekuatan itu, engkau laksana bumi yang memberikan kesuburan pada setiap makhluk dalam nuansa cinta tanpa
syarat,
engkau akan membentuk apa-apa yang tidak berbentuk menjadi karya seni
yang sejati, engkau akan melukis setiap episode kehidupan dan mengantar
pada petualangan sambil engkau menyaksikan dalam kebersahajaanmu. Namun
aku juga banyak melihat keluhan dari mereka yang baru memahami hakekat
diri, keluhan akan hidup yang sebatas renungan logika tanpa makna ketika
mereka menjadi pendamping dalam hidup.
::: Aku mengeluh, karena setiap saat keributan bersenandung dan aku tidak mampu hindari..
Ketahuilah… keributan itu lahir karena ketidak mauan diri dari setiap
pasangan untuk mau mendengar lebih dahulu sebelum bicara, umumnya
sumber keributan lahir dari apa yang didengar tidak sesuai dengan apa
yang diharapkan atau apa yang terjadi tidak sesuai dengan
keinginan,
lalu masing-masing bertahan pada argumen. Wanita mendengar segalanya
dengan Cahaya cinta, jika ada yang tidak sesuai dengan kehendak maka
dijadikan sebagai sarana peningkatan efektifitas dan kwalitas dirinya
dalam cinta. karena cinta menerima perbedaan tanpa alasan apapun kecuali
cinta.
::: Aku mengeluh, karena pendampingku keras kepala laksana batu karang..
Pahamilah… jiwa yang keras adalah bentuk dari keberadaan diri yang
tidak menemukan lembah kesejukan dibalik kemaskulinan, dia selamanya
akan keras dan menjadi batu kecuali kalau disentuh wanita. Wanita
menyentuh segalanya dengan cinta, walau berat diawalnya tapi kabarkan
agar dia bersabar sejenak, mulailah menyentuhnya dalam kelembutan
seperti se
orang
pemahat patung, engkau akan membuang hal-hal yang tidak berguna pada
dirinya setelah itu dia akan menjadi karya seni yang sejati dan bernilai
tinggi. Memang akan berat dan sakit pada prosesnya, jika batu itu bisa
bicara maka dia akan menggigil dalam setiap kata-katanya betapa perih
dan pedihnya, namun kamu haruslah sabar dan lembut dalam setiap sentuhan
seperti lembutnya air yang memahat bebatuan. Dan di ambang batas kamu
akan
sukses mengantarnya menjadi orang yang berguna.
::: Aku mengeluh karena Ia tidak mencintaiku dan akupun tidak mencintainya…
Sssttt.. sabarlah.. oh bukan itu maksud saya.. mengertilah.. bahwa
wanita itu mencintai apapun yang berada disekitarnya dengan Cahaya Cinta
Ilahi, dia mencintai tanpa tergantung pada apa yang dicintai, karena
cinta sejatinya hanya untuk kekasih Sejati (Tuhan), namun ia mampu
melihat dalam setiap diri akan manifestasi dari kekasih Sejatinya, lalu
membawanya untuk mencintai apapun denga kekuatan kesabaran tanpa batas.
::: Aku mengeluh karena Ia pemalas…
Pahamilah.. sesunguhnya wanita adalah pencipta, pandanglah Ia dalam
ketidak berdayaannya lalu sentulah dia dengan kekuatan kasih dalam
kedamaian, Ia adalah lempeng tanah dan kamu adalah pencipta seni.
Lempeng tanah itu selamanya tidak akan berubah kalau bukan lewat
sentuhan yang romantis dan imajinatif, olehnya sentulah maka akan
menjadi karya seni yang abadi dan bernilai tinggi manakala kamu mau
melakukannya.
::: Aku merasa sudah memberikan segalanya dengan baik, Pengabdian, Kesetiaan, tapi kami selalu ribut dalam setiap kesempatan…
Pengabdian adalah dasar hidup, jangan dikeluhkan. Kesetiaan adalah
fondasi rumah tangga, jangan dipolitisir. Wanita sering mempreviewkan
segala hal yang dasar dan melupakan satu hal yang sakral. Hal yang
sakral tersebut adalah kelembutan diatas dasar Kesetian dalam Cinta.
Pahamilah, walau agak keras namun ingin ku sampaikan padamu, jika kamu
bersenandung tentang pengabdian maka siapapun wanita diunia ini mampu
melakoninya, jika kamu bersenandung tentang kesetiaan maka banyak wanita
didunia ini melakukannya, dan jika kamu bersenandung tentang
keahliannmu dalam pelayanan dari dapur, sumur sampai ke kasur, maka hal
tersebut juga bisa Ia dapatkan dengan mudah; dari restoran dengan sajian
menu masakan yang wangi, Maka kebutuhan dapur Ia bisa atasi. Dari
pengabdian seorang pembantu untuk urusan cucian dan pelayanan, maka
urusan sumur bisa ia lewati. Dan sesaat jika ia memilih dihinggapi
kupu-kupu malam, maka urusan kasurpun ia bisa dapatkan dari wanita lain.
Olehnya ketahuilah, satu hal yang tak sanggup ia temukan dimanapun
walau dengan kekuatan materi sekalipun, yaitu kelembutan yang terpatri
dari ketulusan jiwa berlandaskan pada kesetiaan dan ikhlas. Dapatkah hal
tersebut kamu berikan buat pangeranmu..?
Ingat.. kamu adalah wanita yang mempunyai resonansi energi feminim,
energi inilah yang melahirkan berbagai ciptaan di alam raya ini. walau
kamu tidak mengerti sedikitpun tapi kamu akan melewatinya..
Suatu hari Bill clinton ketika itu masih menjadi presiden Amerika, bersama istrinya Hilarry dalam sebuah
liburan
musim panas mereka singga ke tempat pengisian BBM, rupanya Hilarry
mengenal baik seorang petugas di SPBU tersebut dan merekapun larut
beberapa menit dalam cerita yang penuh kehangatan, sesaat kemudian dalam
perjalan Bill bertanya tentang sosok lelaki tadi, dan Hillary menjawab
kalau itu adalah mantan pacarnya ketika di smp dulu, Bill pun mengatakan
dengan penuh kesombongan ; “Seandainya kamu dulu menikah dengan dia,
maka kamu hanya sebatas menjadi istri seorang penjaga SPBU. ” “Oh
tidak..! ” seru Hillary.. ” jika saya menikah dengan dia maka saya akan
antarkan dia menjadi presiden Amerika seperti yang saya lakukan
terhadapmu.”
Sore tadi ketika saya lagi menulis goresan ini dalam bentuk script
(Rabu 10 februari 2010) , saya terkesimah dengan pernyataan seorang
wanita yang begitu kuat dan tegar tentang episode kehidupan yang begitu
memilukan lewat sebuah stasiun TV swasta TV One, dia adalah Novarina
istri dari seorang perwira polisi Wiliardi Wizard yang menjadi tersangka
dan dituntut dengan hukuman mati atas pembunuhan Direktur PT Putra
Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen, yang akan diputuskan di
pengadilan besok (kamis 11 februari 2010) salah satu pertanyaannya
adalah ” Apakah Ibu sudah siap untuk membesarkan anak-anak sendirian
tanpa bapak seandainya Bapak dihukum sesuai tuntutan.?” perlahan
Siwanita tangguh menarik nafas dalam-dalam dan betapa kekuatan Ilahi
melebur dalam dirinya ” saya yakin suami tidak bersalah, dan saya rela
jika memang suami melakukan tuduhan tersebut. Saya rela dia dihukum
apapun. ”
Novarina adalah sosok wanita yang melepaskan dirinya dalam kepasrahan
total, dan secara pribadi insyaallah suaminya akan diputuskan dengan
keputusan yang bijaksana. Hal yang sama insyaallah juga pada Istri
Antasari Azhar ibu
Ida Laksmiwati… semoga, tentunya dalam kekuatan Cahaya Ilahi.
Dari Novarina, saya teringat pada seorang pengamen yang diwawancarai
sebuah stasiun TV swasta TV-One dalam rangka “Koin Peduli Prita”
Sipengamen tersebut menyumbang
hasil
ngamennya seharian untuk Prita dan ketika diminta komentarnya ia pun
bertutur ” Prita adalah sosok yang membangunkan kesadaran pada jiwa-jiwa
yang selama ini tertidur”
Wahai wanita.. Jadilah bidadari..
Bidadari adalah manifestasi dari kesempurnaan
perjalanan
seorang wanita, Ia hadir di syurga karena berangkat dari jiwa yang
dibangun melalui gerbang indera dengan daya batinia intuisi. Dan melalui
kepasrahan dan kesabarannya untuk menjadikan jiwanya pada maqam
penerimaan, hingga mengantarkannya pada gerbang syurga yang didalamnya
ada tiga pilar keutamaan; Pancuran, Air mengalir dan pohon buah.
Pancuran melambangkan persepsi tentang hal-hal partikular, mencapai
pancuran artinya memperoleh ilmu yang meyakinkan (kesahadatan). Air yang
mengalir adalah melambangkan Cahaya ; pengetahuan yang terpancar dari
mata Air Ruh yang mengalir dari jiwa dan memberikan kekuatan pada
intuisi. Lalu dengan Air maka ia akan memeberikan esensi rasa pada buah
yang merekah dari pepohonan (pemikiran yang tercerahkan). selanjutnya
anda pun (maskulin /kaum adam) tiba pada gerbang yang sama dan menikmati
bidadari-bidadari ini, bidadari adalah simbol kenikmatan dan kedamaian
dalam rasa yang melebur sempurna pada tiga pilar keutamaan. melebur
dalam esensi keilahian yang kokoh layaknya gedung megah dihiasi bidadiri
sejauh mata memandang…
Wahai Lelaki.. cintailah bidadarimu, maka dia akan memancarkan kekuatan Tuhan didalam Jiwamu.. Cintailah dan rasakanlah…
Sumber Info