Subscribe:

Minggu, 28 Agustus 2011

Makna Idul Fitri

Bagi muslim yang diterima puasanya karena mampu menundukan hawa nafsu duniawi selama bulan Ramadhan dan mengoptimalkan ibadah dengan penuh keikhlasan, maka Idul Fitri adalah hari kemenangan sejati, dimana hari ini Allah Swt akan memberikan penghargaan teramat istimewa yang selalu dinanti-nanti oleh siapapun, termasuk para nabi dan orang-orang shaleh, yaitu ridha dan magfirahNya, sebagai ganjaran atas amal baik yang telah dilakukannya. Allah Swt juga pernah berjanji, tak satupun kaum muslimin yang berdoa pada hari raya Idul Fitri, kecuali akan dikabulkan.
Pertanyaannya, kira-kira puasa kita diterima apa tidak? Atau yang kita lakukan ini hanya ritual-simbolik, sebatas menahan lapar dan haus, seperti yang pernah disinyalir Nabi Muhamad Saw? Jawabnya, Allahu ‘alam, kita tak tahu sejatinya. Tapi menurut para ulama, ada beberapa indikasi, seseorang dianggap berhasil dalam menjalankan ibadah puasa: ketika kualitas kesalehan individu dan sosialnya meningkat.

Jumat, 26 Agustus 2011

Halal-bihalal dan Toleransi Beragama

Idul Fitri memiliki arti kembali kepada kesucian, atau kembali ke asal kejadian. Idul Fitri diambil dari bahasa Arab, yaitu fithrah, berarti suci. Kelahiran seorang manusia, dalam kaca Islam, tidak dibebani dosa apapun. Kelahiran seorang anak, masih dalam pandangan Islam, diibaratkan secarik kertas putih. Kelak, orang tuanya lah yang akan mengarahkan kertas putih itu membentuk dirinya. Dan dalam kenyataannya, perjalanan hidup manusia senantiasa tidak bisa luput dari dosa. Karena itu, perlu upaya mengembalikan kembali pada kondisi sebagaimana asalnya. Itulah makna Idul Fitri.
Idul Fitri memiliki arti kembali kepada kesucian, atau kembali ke asal kejadian. Idul Fitri diambil dari bahasa Arab, yaitu fithrah, berarti suci. Kelahiran seorang manusia, dalam kaca Islam, tidak dibebani dosa apapun. Kelahiran seorang anak, masih dalam pandangan Islam, diibaratkan secarik kertas putih. Kelak, orang tuanya lah yang akan mengarahkan kertas putih itu membentuk dirinya.

Selasa, 23 Agustus 2011

Ketika Ujian datang

Hidup penuh ujian. Allah SWT berfirman bahwa Ia memberi ujian agar mengetahui siapakah yang terbaik amalnya. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan bagimu, agar kami menguji mereka siapakah di antara mereka terbaik perbuatannya." (QS. al-Kahfi: 17)

Sesungguhnya ritme ujian hidup tak ubahnya seperti ujian akhir yang dihadapi para mahasiswa. Sebelum ujian tiba, mahasiswa harus mengikuti perkuliahan reguler dengan tekun dan menyimak apa yang diajarkan dosen agar mendapat ilmu yang bermanfaat dan lulus ujian. Mahasiswa yang terbaik persiapan belajarnya, maka niscaya akan mampu menghadapi ujian itu dengan baik pula. Suka atau tidak, mahasiswa harus menghadapinya, sehingga wajib baginya untuk menyiapkan perbekalannya, sebelum, menjelang, saat dan sesudah ujian. Demikian pula seorang muslim, ia harus menyiapkan bekal untuk menghadapi ujian hidup agar sukses memasuki surga.

Senin, 22 Agustus 2011

ADAKAH YANG MENCINTAKU ????

Pernahkah terbesit di hati kita satu ungkapan, “Adakah yang mencintaiku?” Sederhana memang kata yang terbentuk dari hanya lima huruf yaitu “CINTA” itu. Cerita atau kisahnya memang tiada akhir, tiada pernah ada ujung karena di dalam melihatnya dari pe...rspektif yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Tulisan ini bukanlah terlahir dari kata-kata Sang Pujangga, tetapi hanyalah perenungan sederhana dari kejadian yang tidak terduga. Dalam kesunyian hanya ada perangkat siar menjadi teman malam yang setia walaupun kutahu pasti ada keramaian diluar sana. Seringnya perasaan perpindahan dimensi waktu hadir dalam hidup dan semoga ini merupakan rahmat dari Allah untuk mengingatkan akan namanya “kematian” sebagai jembatan untuk bermuhasabah. Hanya sebuah pesan singkat yang mengetuk hati untuk mencoba bertanya akan hakekat cinta “Adakah yang mencintaiku?” “Ah memang sebuah pertanyaan bodoh!” Itulah sebuah komentar diakun facebook penulis ketika status ini ditulis.

Kamis, 18 Agustus 2011

Renungan 1/3 malam terakhir Ramadhan

Menjelang hari nan fitri mari kita renungi perbuatan2 yg pernah kita lakukan terhadap ortu, smoga kita segra memohon maaf pada mereka seblum ramadhan ini berakhir atau justru kita menunggu umur kita berakhir?

Sekarang hadirkanlah bayangan orang-orang yang kita cintai, ibu dan ayah antum. Bayangkanlah wajah ibu dan ayah antum. Hadirkanlah kenangan-kenangan indah bersama mereka. Mari kita sejenak mengingat jasa-jasa mereka. Mengingat masa ketika kita masih dalam kandungan. Lupakah kita tentang berat tubuh kita yang dipikul oleh ibu kita ? selama kurang lebih Sembilan bulan 10 hari lamanya, ibu senantiasa membawa kita kemanapun beliau pergi. Dan Allah menyebut kesusahan yang dialami ibu kita saat mengandung dengan bahasa wahnan ‘ala wahnin, kesusahahan di atas kesusahan, kesulitan di atas kesulitan, kepayahan di atas kepayahan, yang bertambah-tambah.

Selasa, 16 Agustus 2011

MERDEKA

Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun ini bertepatan dengan Bulan Suci Ramadhan. Beberapa kalangan menyebutkan bahwa peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan tahun ini kurang semarak karena hal tersebut. Menurut saya, puasa atau tidak puasa, HUT Kemerdekaan ini tetap harus kita peringati dengan semarak. Pertanda pesta seperti umbul-umbul, spanduk maupun bendera tetap harus kita pasang sebagai wujud perasaan suka cita kita akan kemerdekaan yang telah dipersembahkan oleh para pejuang kita. Apakah kita lupa bahwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 juga dilaksanakan pada bulan puasa? Seingat saya hari itu bertepatan dengan tanggal 9 Ramadhan. Tahunnya terus terang saya lupa.
Bulan puasa tidak perlu menjadi alasan bagi kita untuk tidak menyemarakkan ulang tahun kemerdekaan negara kita karena kemerdekaan merupakan nikmat yang tiada tara. Kemerdekaan yang kita maknai sebagai kebebasan untuk menentukan nasib kita sendiri harus kita syukuri. Apabila pendahulu kita memproklamirkan kemerdekaan di bulan puasa, apa keberatan kita untuk memperingati ulang tahun kemerdekaan di bulan puasa?

Senin, 15 Agustus 2011

Kembali ke fitrah

Mereka yang berpuasa dengan baik selama bulan Ramadhan, bakal menemukan fitrahnya kembali. Apakah fitrah kita? Adalah makhluk berakal yang berdimensi individual, sosial, dan spiritual sekaligus.
Hal ini tergambarkan dalam hari raya ‘Idul Fitri’ sebagai manifestasi ‘kemenangan’ kita menundukkan hawa nafsu. Harapannya, akal kita berhasil menundukkan hawa nafsu. Maka yang muncul adalah kejernihan hati. Bersih dari berbagai macam penyakit lahiriah maupun batiniah. Semestinya, orang yang berhasil puasanya tampil mempesona sebagai manusia yang ‘fitri’ di hari yang Fitri.
Dan bukan hanya pada hari itu saja mereka bakal tampil mempesona, tetapi sepanjang tahun ke depan. Karena bulan Ramadhan adalah ‘sekadar’ pijakan untuk melangkah ke depan. la bukan tujuan, melainkan sebuah cara untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi dan lebih mulia.